Masjid Al Jabbar merupakan sebuah masjid yang belum lama di resmikan dan langsung menjadi viral serta menjadi ikon wisata religi yang baru di Bandung. Â Dan buat saya sendiri sebagai pecinta masjid, rasanya belum mantap jika belum menjejakkan kaki di sini.Â
Hari sudah siang sekitar pukul 3 sore kami memulai perjalanan. Dari pusat kota Bandung, kendaraan kami menuju kawasan Gede Bage melewati Jalan Ahmad Yani di Cicaheum kemudian Jalan Rumah Sakit lalu memotong Jalan Soekarno Hatta. Di Gede Bage Selatan, jalan mulai padat, terutama ketika melewati lintasan kereta api. Â Dari sini kami belok kiri mengikuti petunjuk Google Map melewati jalan-jalan kecil dan kemudian tidak berapa lama kemudian kemudian Masjid Al Jabar yang megah dan cantik tiba-tiba muncul di sebelah kiri, juah di tengah danau.Â
Halaman dan tempat parkir di sekitar masjid sebenarnya cukup luas. Namun lautan manusia dan kendaraan yang parkir juga sangat banyak sehingga dengan merayap, kami mencoba mendekati masjid dan sangat beruntung masih bisa menemukan satu tempat parkir tidak jauh dari portable toilet yang ada siang itu pun sangat ramai.
Saya memandang keseluruhan bangunan masjid, secara keseluruhan bentuk masjid ini mirip dengan piramida yang dilengkapi kubah kecil di atasnya. Dan sekeliling tubuhnya dihiasi dengan dekorasi mirip sisik ikan. Empat buah menara yang tinggi menjulang ada di sudut-sudut bangunan utama masjid.
Masjid ini sendiri dibangun di atas lahan seluas 25 hektar dengan luas bangunan utama 99x99 meter dan tinggi ke empat menaranya juga 99 meter.
Deretan pedagang ikut meramaikan suasana. Selain berbagai jenis makanan, ada juga yang menjual mainan anak-anak dan berbagai macam dagangan lainnya. Â Saya kemudian sempat mendekati kolam melihat masjid di kejauhan dan juga lautan manusia yang bergerak bagai semut menuju dan keluar area masjid. Â Benar-benar ramai dan hiruk pikuk suasananya.Â
Kami kemudian ikut hanyut dalam lautan manusia menuju ke masjid. Â Selain harus berhati-hai karena ramainya manusia, juga harus berhati-hati karena Sebagian jalan sedikit becek dan licin karena baru saja turun hujan.
Mendekati masjid, banyak orang yang menjual plastik yang bisa digunakan untuk menyimpan sepatu atau alas kaki. Di masjid sebesar dan seramai ini tentunya tidak praktis meninggalkan sepatu atau sandal karena itu lebih aman untuk ikut dibawa dalam kantong plastik.
Kami kemudian masuk ke beranda atau halaman luar masjid . Di sini ada banyak bangunan tempat wudu yang unisex alias bisa digunakan lelaki maupun perempuan. Reka bangunannya sangat cantik , atapnya terbuka mirip tenda berbentuk gabungan lingkaran dan kerucut. Â Di sebelah selatan juga ada kolam kecil yang memanjang, di kolam inti juga banyak orang bermain air terutama anak-anak.
Saya kemudian berjalan dengan hati-hati di plaza bawah karena lantai licin bekas hujan. Â Di tangga yang menuju ke plaza atas ratusan pengunjung duduk bersantai. Sementara banyak rombongan yang bahkan memakai pakaian seragam dengan atribut tertentu, Di antara orang yang lalu Lalang ada juga yang berfoto ria, merekam dengan gadget dan juga melakukan selfi atau foto bersama dengan berbagai gaya. Saking ramainya pengunjung, suasana tempat wisata lebih dominan dibanding sakralnya tempat ibadah.
Saya kemudian masuk ke dalam tempat wudu. Ada dua pintu di sebelah selatan khusus perempuan dan di sebelah utara khusus lelaki. Â Tempat wudu dan toiletnya cukup luas dan cantik serta bersih. Â Dari sini kita bisa naik ke atas atau tempat salat baik dengan tangga, eskalator, maupun lift. Eskalator nya sendiri sedang tidak berfungsi. Â Di lantai bawah ini juga ada terowongan untuk menuju kawasan tempat wudu Wanita yang ditutup dengan garis penghalang dan foto-foto masjid.
Naik ke lantai utama masjid lantai sisi luar terbuat dari marmer warna putih dan melalui pintu yang cantik kita masuk ke ruang dalam. Sejenak saya terkesima dengan pandangan yang ada di dalam. Sangat indah dan menakjubkan dengan ribuan rang di dalam dengan berbagai kegiatan masing-masing. Ada yang sedang salat, ada yang sedang duduk mendengarkan tausiah seorang ustaz, ada juga yang lalu lalang berfoto atau membuat video.Â
Ruangan interior masjid ini sangat unik, karena bentuk masjid yang mirip piramida makan masjid ini sekan tidak memiliki atap tetapi ke empat dindingnya berbentuk miring dan bertemu di tengah sebagai atap. Ada dekorasi di bagian atas dengan tulisan Allah. Sementara sama sekali tidak ada tiang-tiang penyangga. Hanya ada beberapa tiang dekoratif yang tidak kalah indahnya.
Karpet masjid juga sanat empuk dan tebal dengan kombinasi warna yang menyejukkan dan memiliki pola dekoratif yang cantik. Berada di dalam masjid ini membuat kita serasa berada di taman yang indah. Sejenak bisa merenung akan arti dan makna serta tujuan hidup masing-masing. Banyak orang yang hanya duduk sambil berdoa atau ada sebagian yang sampai meneteskan air mata.
Saya kemudian keluar ke plaza utama di depan masjid. Â Di sini juga tidak kalah ramainya dengan di plaza bawah. Orang lalu Lalang Sebagian duduk-duduk di dekat pintu-pintu masuk. Selain yang terbuka ada juga pintu yang tertutup dengan warna emas yang cantik dan hiasan yang konon melambangkan 26 daerah kabupaten dan kota di seantero Jawa Barat,
Dari sini saya dapat melihat ke sekeliling kawasan, masjid ini memang seakan-akan terapung di tengah danau, dan di sekitarnya, tampak rumah-rumah di perkampungan yang padat di kawasan Gede Bage.Â
Sehabis magrib, baru kami meninggalkan masjid ini, Â melewati kawasan baru Summarecon Bandung dan kemudian muncul di Gede Bage Selatan. Â Jalan-jalan sempit di sekitar kawasan masjid memang terasa kewalahan menampung luapan pengunjung, Ratusan kendaraan baik besar dan kecil terutama bus-bus wisata yang berkunjung ke tempat ini membuat kawasan di sekitar masjid padat merayap.
Kami akhirnya mampir ke sebuah warung sate di tepi jalan. Sempat berbicara dengan penjual sate yang berasal dari Madura yang mengatakan bahwa arus pengunjung tetap ramai hingga malam hari. Bahkan hingga tengah malam dan banyak yang mengahabiskan malam di masjid.
Masjid Al Jabar ini selain merupakan tempat ibadah yang cantik dan ikon di Jawa Barat, juga terbukti membawa berkah bagi penduduk sekitar. Selain kesempatan berdagang, penghasilan dari parkir, dan bahkan hanya sekedar menjual plastik pun bisa menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar.
Namun di sisi lain, kondisi jalan-jalan yang sempit di sekitar masjid ini pun mungkin membuat warga sekitar harus siap-siap menerima fakta bahwa mereka perlu menyiapkan waktu lebih lama untuk pergi dan pulang.
Selain itu ada juga cerita dari toilet perempuan yang kondisinya berbeda dengan toilet lelaki. Â Antrean di toilet Wanita ternyata panjang mengular hingga ada sekuriti khusus yang memantau suasana di dalam toilet. Â Walaupun masjid ini indah dan megah, salah satu kesalahan rancangannya adalah mengalokasikan bentuk yang simetri antara toilet lelaki dan perempuan.
Kita semua tentunya sadar di mana -mana di tempat umum antrean di toilet Wanita jauh lebih panjang. Â Sudah selayaknya dibuat alokasi toilet perempuan tiga atau empat kali lebih luas dibandingkan toilet perempuan,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H