Saya berjalan santai di halaman tengah ini dari ujung ke ujung, memperhatikan keadaan sekitar. Ada jembatan yang menghubungkan tingkat atas bagian gedung yang terpisah. Terbuat dari kayu dan juga berhiaskan lampion cantik warna-warni.Â
Di salah satu sudut halaman tengah ini, selain tangga yang berwarna putih ternyata ada sebatang pohon sukun yang tingginya menjulang sampai ke atap lantai dua bangunan. Â Namun yang menarik adalah sebuah papan larangan atau peringatan untuk pengunjung agar tidak berdiri atau duduk di bawah pohon sukun ini. Â Saya tidak tahu apakah memang ada buah sukun yang sering jatuh sehingga berbahaya bagi pengunjung?
Setelah puas melihat-lihat di halaman belakang, saya kembali masuk ke dalam gedung dan sempat mengintip ruangan lain yang digunakan sebagai restoran. Â Sayangnya ruangan ini diberi pembatas dengan tanda dilarang masuk. Mungkin karena restorannya belum buka. Namun saya bisa sekedar mengintip dan melihat beberapa meja kursi serta lebih banyak lagi informasi di dinding mengenai lintasan sejarah Gedung Djoeang 45 ini.
Demikian sekilas mengenai Gedung Djoeang 45 di Solo. Namun sebelum mengakhiri cerita ini, ada sedikit insiden menarik ketika mencoba mencari lokasi gedung ini di Google Map. Â Jangan mencari Gedung Juang karena yang muncul adalah Gedung Juang di kota-kota lain di Indonesia, tetapi ketiklah dengan ejaan yang benar yaitu Gedung Djoeang 45 dan yang muncul adalah gedung di Jalan Mayor Sunaryo ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H