Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sebuah Gereja Kecil di Depan Sheikh Zayed Grand Mosque di Solo

6 Februari 2023   10:15 Diperbarui: 6 Februari 2023   10:57 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Sheikh Zayed Solo: Dokpri

Setelah menikmati makan siang dengan menu raja-raja di Kraton Mangkunegaran, kami melanjutkan jalan-jalan di kota Solo dengan kembali mampir ke Masjid Sheikh Zayed yang terletak di kawasan kelurahan Gilingan, Banjarsari.  Saya sebut mampir kembali karena pada hari sebelumnya kami sempat mampir ke kawasan itu, namun kondisinya sangat macet dan hujan turun dengan lebatnya sehingga kunjungan perdana itu dibatalkan.

Kalau kemarin kami hanya sempat melewati jalan di depan masjid dan melihat ramainya bus-bus wisata parkir di halaman masjid sehingga menimbulkan kemacetan parah. Sore ini, kemacetan tetap ada di kawasan ini, namun ternyata lebih disebabkan karena lampu merah di perempatan jalan.  Dari kejauhan sudah terlihat betapa megahnya masjid yang dominan berwarna putih ini dengan empat buah menara dan deretan kubah besar dan kecil yang menghiasi. 

Empat Menara: Dokpri
Empat Menara: Dokpri

Sekilas memang sangat mirip dengan Masjid aslinya yaitu Sheikh Zayed Grand Mosque yang ada di Abu Dhabi. Saya jadi teringat dengan salah satu masjid terindah di dunia yang pernah saya kunjungi beberapa kali itu.  Walau yang di Solo ini boleh dibilang adalah Masjid Sheikh Zayed dalam ukuran mini alias replika yang lebih kecil, tetapi reka bentuk dan kesan yang diberikan ternyata sangat mirip.

Mendekati masjid, ada beberapa bus parkir dan suasana pun sangat ramai.  Namun masih ada tempat parkit di depan masih untuk kendaraan kami. Namun yang membuat saya kaget adalah banyaknya spanduk yang menyatakan bahwa masjid ini belum dibuka untuk umum.

Belum dibuka untuk umum: Dokpri
Belum dibuka untuk umum: Dokpri

"Masjid belum dibuka untuk umum. Masih dalam masa pemeliharaan. Tamu wajib Lapor," demikian tertulis pada spanduk warna putih dengan judul Proyek Sheikh Zayed Grand Mosque Solo yang dikerjakan oleh Waskita Karya bersama dengan beberapa perusahaan laini.

Seorang petugas parkir mengatur agar kendaraan parkir di tepi jalan sambi menjelaskan bahwa walau sudah diresmikan oleh Jokowi bersama Presiden United Emirat Arab, Muhammad Bin Zayed pada November 2022, masjid ini memang belum dibuka untuk umum. 

Dijelaskan juga bahwa sejak itu, masjid ini mendadak menjadi tempat wisata religi nomor satu di Solo dan tidak pernah sepi dari pengunjung dari berbagai kota di pulau Jawa yang berbondong-bondong mampir ke sini.   Akhirnya saya pun memulai wisata berkeliling masjid sambil membuat foto dari berbagai sudut yang cantik di siang menjelang senja itu.

Sudut lain Masijid Sheikh Zayed: Dokpri
Sudut lain Masijid Sheikh Zayed: Dokpri

Tampak menara, kubah, dinding masjid yang berwarna putih dan membuat hati merasa damai walau hanya bisa menikmatinya dari kejauhan.  Tiang-tiang dan relung yang ada di sekeliling masjid benar-benar mirip dengan aslinya di Abu Dhabi sana. Terutama  setrip warna kuning emas yang menghias tiang-tiang.  Demikian juga dengan beberapa signage atau papan petunjuk arah yang ada di halaman masjid.

Selain itu di halaman juga banyak pohon-pohon palma mirip kurma yang sengaja ditanam dan memberikan nuansa Timur Tengah di kota Solo yang ada di Jawa Tengah ini.  Bahkan pintu gerbang pun dibuat mirip dengan aslinya walau mungkin dalam ukuran dan skala yang lebih kecil.

Saya terus berjalan mengeliling masjid. Di sekitar, banyak tukang jualan baik makanan, minuman, dan bahkan mainan anak-anak yang duduk, berdiri, atau menggelar dagangannya di luar area jalan di sekitar masjid.   Dengan banyaknya pengunjung, maka dapat dipastikan dagangan mereka ini lumayan laris dan kegiatan ekonomi masyarakat pun mulai menggeliat dan lebih bergairah dengan kehadiran masjid hadiah dari pemerintah UAE buat kota Solo ini.

GPIA Sola Gratis: Dokpri
GPIA Sola Gratis: Dokpri

Yang membuat saya lebih kagum lagi adalah tepat di jalan di depan masjid, di antara rumah-rumah warga, ternyata ada sebuah gereja yang kebetulan juga didominasi warna putih. Saya tidak tahu apakah gereja ini sudah lama dicat putih atau menyesuaikan diri dengan warna putih yang dominan di masjid yang besarnya ratusan kali gereja kecil ini. 

Gereja ini tampak sangat sederhana. Ada pagar kecil di depannya dan ada  pedagang cilok telor yang menggunakan sepeda motor di depan gereja ini. Beberapa sepeda motor juga terlihat parkir. 

 Gereja ini memiliki pintu dari kayu warna cokelat tua yang kebetulan tertutup. Tidak terlihat ada jendela di samping pintu. Ada sebuah papan bertuliskan nama gereja dan juga jadwal kegiatan kebaktian dalam setiap pekan di sisi sebelah kanan pintu, sementara di sebelah kiri pintu ada sebuah hiasan besar berbentuk salib.

Di atas pintu utama ini ada nama Gereja yang tertulis dengan warna kuning keemasan, GPIA Sola Gratia,  Singkatan GPIA ini ternyata Gereja Protestan Isa Almasih yang dapat dibaca pada papan kegiatan kebaktian tadi.  Kota Sola Gratis sendiri dalam bahasa Latin disa diterjemahkan dengan sola yang berarti hanya dan gratia yang berarti terimakasih. Jadi makna Sola Gratia bisa diartikan sebagai kasih Tuhan yang semata-mata karena anugerah.  

Saya terus berjalan mengeliling masjid. Orang ramai berfoto dengan latar belakang masjid yang sebenarnya secara kasat mata sudah selesai namun mungkin bagian interiornya masih banyak yang harus diperbaiki sebelum dibuka untuk umum ini. Selain halamannya yang indah, masjid ini juga dilengkapi dengan kolam-kolam di sekitar masjid.  

Salah satu sudut masjid: Dokpri
Salah satu sudut masjid: Dokpri

Menurut informasi, masjid ini rencananya sudah bisa digunakan untuk kegiatan ibadah pada bulan Ramadhan yang akan tiba tidak lama lagi. Namun walaupun belum dibuka untuk umum, kehadiran masjid ini ternyata sudah membawah banyak rahmat dan rezeki bagi masyarakat sekitar.  Bukan hanya bagi pedagang kaki lima, asongan ataupun pedagang keliling, Tukang parkir pun meraup rezeki besar dari kendaraan yang parkir.

Melihat betapa indahnya masjid ini, tentunya warga Solo harus bersyukur memiliki masjid yang selain menjadi tempat ibadah, juga menambah pilihan wisata religi. Tantangan ke depannya adalah bagaimana merawat kebersihan dan keindahan Masjid Raya Sheikh Zayed ini, agar sama dengan aslinya di Abu Dhabi yang selalu terjaga keindahan dan kebersihannya.

Dan yang paling penting juga masjid ini, karena lokasinya berdekatan dengan sebuah gereja bisa dijadikan sebagai salah satu ikon toleransi beragama di Indonesia.  Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun