Demikian juga dengan sebagian MRT di Hong Kong yang menuju ke perbatasan Shenzen di Lowu.Â
Perbedaan layanan dan kelas dapat dibeli atas kesediaan orang untuk membayar lebih mahal dan bukan oleh kekayaan atau kemiskinan.
Untuk itu bagaimana kalau KRL mungkin mencoba untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dengan merubah sistem tiket.Â
Tiket boleh dinaikkan tetapi hanya untuk tiket sekali atau dua kali jalan. Artinya bagi mereka yang jarang bepergian bisa saja harga tiket dinaikkan.
Sementara itu untuk mereka yang menjadi pelanggan setia KRL, kembali diadakan tiket langganan per bulan yang bisa saja dibagi dalam zone. Misal zone 1 untuk area Jakarta saja. Zone dua untuk Bekasi  Depok dan Tangerang, sementara zone 3 dan 4 untuk Bogor dan Rangkas Bitung.  Â
Nah bagi mereka yang setiap hari menggunakan KRL bisa membeli tiket langganan ini yang harga nya mungkin sama dengan yang mereka bayar saat ini.
Sementara itu untuk mereka yang tidak berlangganan, bisa menggunakan tiket sekali jalan yang mungkin harganya bisa sedikit dinaikkan. Â Tetapi juga untuk turis atau pendatang bisa diadakan tiket yang berlaku untuk 1 hari, 3 hari atau seminggu dan kalau bisa tiket ini terintegrasi dengan Trans Jakarta, MRT. LRT dan angkutan umum lainnya. Misal dengan membeli tiket 100 ribu, dapat menggunakannya selama 3 hari atau tiket satu minggu seharga 175 ribu.
Penggunaan tiket seperti ini secara statistik akan meningkatkan penghasilan PT KAI dan juga penyedia angkutan massal lainnya seperti Trans Jakarta dan MRT serta LRT akan lebih banyak menjaring penumpang dan pada gilirannya akan membuat perusahaan ini mampu mengembangkan jaringan dan memberi pelayanan yang lebih baik.
Dan untuk itu integrasi angkutan umum perkotaan dalam satu wadah merupakan prasyarat mutlak yang harus dilakukan terlebih dahulu.Â
Banyaknya perusahaan dengan penyedia jasa yang berbeda akan lebih sulit untuk menyediakan angkutan umum yang baik terintegrasi dan terjangkau. Â Â