Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pahlawan Revolusi Bukan Hanya Korban PKI

30 Desember 2022   10:28 Diperbarui: 30 Desember 2022   10:37 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu, saya turun di Stasiun Juanda. Tujuan utamanya adalah jalan-jalan bersama Wisata Kreatif Jakarta di Kawasan Pasar Baru.  Dari stasiun saya jalan menyusuri kaki lima di Jalan Pos tepat di tepi kali yang ada di antara jalan Pos dan Jalan Antara.   Bangunan yang pertama menarik perhatian adalah SMA Santa Ursula di seberang jalan. 

Jembatan kuning : Dokpri
Jembatan kuning : Dokpri

Lalu di sebelah kiri jalan ada sebuah jembatan warna kuning yang menghubungkan Jalan Pos dan Jalan Antara, dan di seberang kali ada deretan bangunan yang terlihat masih seperti dahulu, salah satunya Shantung Restaurant. 

Karena saya masih punya waktu sekitar satu jam, pandangan saya alihkan ke bangunan besar yang ada di Jalan Pos, di sebelah SMA Santa Ursula ini.  Sebuah bangunan dengan gaya Art Deco yang cantik dicat warna putih segera menarik perhatian saya. Seingat saya dulu bangunan di kawasan ini hanya merupakan bagian belakang Kompleks Kantor Pos yang ada di sebelah kompleks Gedung Kesenian Jakarta. Kini telah menjelma menjadi gedung yang cantik.  Sekilas mirip Stasiun Beos dalam skala lebih kecil dengan tulisan Gedung Filateli Jakarta di fasad muka yang membentuk lengkungan.  Di bagian depan ini juga empat pasang pilar besar berwarna putih seakan-akan menyangga gerbang masuk.

Gedung Pos Bloc: Dokpri
Gedung Pos Bloc: Dokpri

Saya kemudian menyeberang di zebra cross yang dilengkapi lampu lalu lintas menuju ke gedung ini.  Di halaman depannya yang tidak terlalu luas, ada kaki lima dengan beberapa kursi kayu untuk duduk bersantai. Sangat nyaman karena kebetulan ada sebuah pohon yang cukup besar dan rindang.  Juga ada beberapa tempat parkir yang kebetulan kosong yang uniknya diberi rambu dilarang parkir.  Rupanya ini hanya khusus untuk Valet Parking saja.  

Penasaran dengan gedung ini saya berjalan menyapu bagian muka gedung yang ada di Jalan Pos.   Di sebelah kiri gedung ada kalau di sebelah kanan kita ada sebuah mini market yang Bernama Mini M Bloc Market.  Di sini dijual berbagai jenis makanan ringan dan minuman dan bahkan juga buah dan es krim.  Suasana sore itu cukup ramai, dan kemudian saya masuk ke gedung utama.

Logo Pos Bloc: Dokpri
Logo Pos Bloc: Dokpri

Di beranda , ada sebuah dinding warna putih yang dihiasi gambar besar warna kuning emas berlatar hitam dengan tulisan besar Pos Bloc.  Sementara di sisi sebelah kiri saya ada sebuah prasasti peresmian gedung ini yang ditandatangani oleh Erick Thohir pada 27 September 2021 lalu.  Prasasti ini, walaupun baru berusia setahun lebih, dibuat sekaan-akan sudah berusia beberapa abad dengan rona dan warna yang klasik

Prasasti: Dokpri
Prasasti: Dokpri

Saya kemudian masuk ke dalam gedung dan terpesona akan kecantikan dan keanggunannya. Sejenak, saya merasa terlempar ke dalam ruang dan dimensi waktu  yang berbeda.  Seakan berada kembali ke awal abad dua puluh ketika Jakarta masih Bernama Batavia.  Lantainya Sebagian terbuat dari marmer dan Sebagian dari kayu yang tampak mulus berkilau.  Atapnya melengkung mirip stasiun klasik di Jakarta atau bahkan di Amsterdam sana dan di bagian dinding muka  sebalah atas juga dihiasi dengan kaca pateri warna-warni dengan pola hiasan geometri yang ciamik.  Di kiri kanan ruang utama ini, berderet berbagai gerai baik yang menjual makanan ], minuman, maupun berbagai pernak pernik suvenir. 

Ruang utama: Dokpri
Ruang utama: Dokpri

Uniknya lagi di bagian belakang ruang utama, ada tempat duduk bertingkat dari kayu yang dipelitur warna cokelat tua. Mirip tempat duduk di tribun untuk menonton pertandingan olah raga atau pertunjukan musik di stadion kecil.  Di dinding tembok warna putih di belakang tempat duduk ini tertulis Coming Soon! Behind this wall is Pos Bloc Phase 2.  Rupanya yang diresmikan tahun lalu adalah Pos Bloc Phase pertama yang baru mencakup sekitar 2400 meter persegi dari keseluruhan lahan sekitar 7000 meter persegi yang dimiliki.

Tempat duduk mirip tribun: Dokpri
Tempat duduk mirip tribun: Dokpri

Ternyata Pos Bloc , sesuai Namanya dulunya merupakan gedung Kantor Pos yang pertama kali dibangun pada awal abad ke 20 dengan arsitek J. Van Hoytema dan kemudian ketika Gedung Kantor pos yang baru yang menghadap Lapangan Banteng pada 1960-an, maka gedung yang menghadap Jalan Pos atau Pasar Baru ini dijadikan Gedung Filateli.   Kemudian pamornya sempat meredup dan seakan menghilang sejak hingga direnovasi dan direvitalisasi baru-baru ini.

Fase 2: Dokpri
Fase 2: Dokpri

Dari sebuah pintu kecil, saya sempat mengintip ke bangunan yang ada di balik tembok. Ternyata sebuah ruangan dengan besar dengan atap melengkung mirip sebuah stasiun menyambut saya. Sebagian kerangka atap yang melengkung ini pun melingkar jauh sampai ke bagian dinding.  Dinding bagian selatan dihiasi dengan jendel-jendela besar dan juga kaca-kaca yang banyak memberikan penerangan alamiah.   Lantainya terbuat dati bati alam yang tampak berkilau dan sepertinya kawasan ini masih sedang dikerjakan dalam proyek renovasi tahap 2 seperti tertulis di dinding depan. Tampak ada beberapa pekerja yang sedang beristirahat.

Halaman dalam: Dokpri
Halaman dalam: Dokpri

Saya kemudian belok ke kiri atau bagian kanan gedung. Ternyata di sini ada semacam halaman dalam yang terbuka.  Di sekeliling nya ada teras yang dilengkapi dengan beberapa kursi dan meja, juga ada tempat untuk mengisi baterai gadget dan beberapa gerai makanan.  Namun yang menarik adalah sebuah tugu kecil atau lebih tepatnya prasasti yang ada di halaman.

Tinggi prasasti sekitar 2 meter lebih dan terlihat berundak atau terbuat dari dua bagian. Bagian atas lebih kecil dari bagian bawah. Di bagian sisi kanan prasasti yang ditutup dengan batu alam ini ada logo PTT zaman dahulu yang sekilas terlihat bagaikan tiga buah pistol bersusun.

Prasasti Pahlawan Revolusi: Dokpri
Prasasti Pahlawan Revolusi: Dokpri

"Untuk Mengenang Pahlawan Revolusi:  Imang, Paimin. Sarmada, M. Soetojo," Demikian terukir di bagian atas prasasti.

Sementara di bagian bawahnya tergambar dengan indahnya sebuah rangkaian kata-kata indah bak puisi bertajuk "Amanat Pahlawan"  yang di atasnya dihiasi gambar bintang yang diapit dua ekor merpati pos. 

Di bawah naungan Sang Dwiwarna

            Gugurlah kami

            Demi berbakti

            Di gedung ini

            Berichlas hati

Demikian kutipan bait pertama puisi atau kata Mutiara yang dipersembahkan untuk para pahlawan yang Namanya diabadikan di prasasti ini. Di bawahnya ada sebuah tanggal yait, 27-9-1959, yang mungkin tanggal dibuatnya prasasti ini.

Tidak ada informasi lebih lanjut mengenai kisah keempat pahlawan revolusi tersebut. Mungkin merupakan pahlawan pekerja PTT yang gugur di masa perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan periode 1945-1949. 

pizza: Dokpri
pizza: Dokpri

Sejenak saya duduk di sebuah kursi dan mengamati keadaan sekeliling. Ada gerai piza, ada ada juga gerai yang menjual makanan dan minuman ringan dan beberapa anak muda yang juga sedang duduk bersantai.  

Setelah sebentar mengisi baterai hand phone, saya melanjutkan jalan-jalan di gedung ini. Mampir sejenak ke toilet yang ada di bagian belakang dan melihat beberapa sudut dan sisi yang sedang dalam tahap renovasi atau pengerjaan tahap kedua.

SMA Santa Ursula
SMA Santa Ursula

Kemudian saya kembali ke ruang utama dan sekali lagi mengagumi keindahan gedung yang usianya sudah lebih satu abad ini. Ke luar ruangan saya kemudian sempat mengintip halaman sekolah SMA Santa Ursula di mana ada sebuah patung perempuan yang dua buah tongkat dan memakai mahkota. Saya tidak tahu patung siapa itu.

Tidak terasa sudah hampir satu jam saya ada di kawasan Pos Bloc dan akhirnya dengan kembali menyeberangi zebra cross di Jalan Pos, saya melanjutkan perjalanan ke Pasar Baru untuk menjumpai teman-teman yang sudah menunggu sambil mengenang kembali nama empat pahlawan yang diabadikan di prasasti tadi.

Yang pasti mereka berempat juga dijuluki Pahalawan Revolusi, bukan hanya para para pahlawan revolusi yang kita kenal selama ini sebagai korban peristiwa PKI pada 1965 lalu.

Foto-Foto: Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun