Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pahlawan Revolusi Bukan Hanya Korban PKI

30 Desember 2022   10:28 Diperbarui: 30 Desember 2022   10:37 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kemudian masuk ke dalam gedung dan terpesona akan kecantikan dan keanggunannya. Sejenak, saya merasa terlempar ke dalam ruang dan dimensi waktu  yang berbeda.  Seakan berada kembali ke awal abad dua puluh ketika Jakarta masih Bernama Batavia.  Lantainya Sebagian terbuat dari marmer dan Sebagian dari kayu yang tampak mulus berkilau.  Atapnya melengkung mirip stasiun klasik di Jakarta atau bahkan di Amsterdam sana dan di bagian dinding muka  sebalah atas juga dihiasi dengan kaca pateri warna-warni dengan pola hiasan geometri yang ciamik.  Di kiri kanan ruang utama ini, berderet berbagai gerai baik yang menjual makanan ], minuman, maupun berbagai pernak pernik suvenir. 

Ruang utama: Dokpri
Ruang utama: Dokpri

Uniknya lagi di bagian belakang ruang utama, ada tempat duduk bertingkat dari kayu yang dipelitur warna cokelat tua. Mirip tempat duduk di tribun untuk menonton pertandingan olah raga atau pertunjukan musik di stadion kecil.  Di dinding tembok warna putih di belakang tempat duduk ini tertulis Coming Soon! Behind this wall is Pos Bloc Phase 2.  Rupanya yang diresmikan tahun lalu adalah Pos Bloc Phase pertama yang baru mencakup sekitar 2400 meter persegi dari keseluruhan lahan sekitar 7000 meter persegi yang dimiliki.

Tempat duduk mirip tribun: Dokpri
Tempat duduk mirip tribun: Dokpri

Ternyata Pos Bloc , sesuai Namanya dulunya merupakan gedung Kantor Pos yang pertama kali dibangun pada awal abad ke 20 dengan arsitek J. Van Hoytema dan kemudian ketika Gedung Kantor pos yang baru yang menghadap Lapangan Banteng pada 1960-an, maka gedung yang menghadap Jalan Pos atau Pasar Baru ini dijadikan Gedung Filateli.   Kemudian pamornya sempat meredup dan seakan menghilang sejak hingga direnovasi dan direvitalisasi baru-baru ini.

Fase 2: Dokpri
Fase 2: Dokpri

Dari sebuah pintu kecil, saya sempat mengintip ke bangunan yang ada di balik tembok. Ternyata sebuah ruangan dengan besar dengan atap melengkung mirip sebuah stasiun menyambut saya. Sebagian kerangka atap yang melengkung ini pun melingkar jauh sampai ke bagian dinding.  Dinding bagian selatan dihiasi dengan jendel-jendela besar dan juga kaca-kaca yang banyak memberikan penerangan alamiah.   Lantainya terbuat dati bati alam yang tampak berkilau dan sepertinya kawasan ini masih sedang dikerjakan dalam proyek renovasi tahap 2 seperti tertulis di dinding depan. Tampak ada beberapa pekerja yang sedang beristirahat.

Halaman dalam: Dokpri
Halaman dalam: Dokpri

Saya kemudian belok ke kiri atau bagian kanan gedung. Ternyata di sini ada semacam halaman dalam yang terbuka.  Di sekeliling nya ada teras yang dilengkapi dengan beberapa kursi dan meja, juga ada tempat untuk mengisi baterai gadget dan beberapa gerai makanan.  Namun yang menarik adalah sebuah tugu kecil atau lebih tepatnya prasasti yang ada di halaman.

Tinggi prasasti sekitar 2 meter lebih dan terlihat berundak atau terbuat dari dua bagian. Bagian atas lebih kecil dari bagian bawah. Di bagian sisi kanan prasasti yang ditutup dengan batu alam ini ada logo PTT zaman dahulu yang sekilas terlihat bagaikan tiga buah pistol bersusun.

Prasasti Pahlawan Revolusi: Dokpri
Prasasti Pahlawan Revolusi: Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun