Kami dipersilahkan untuk naik ke lantai atas, yaitu ruangan yang digunakan sebagai kuil Hare Krishna. Â Di tangga menuju lantai dua, tiga , dan empat terdapat deretan lampu yang disebut diya dan hiasan yang disebut ragool. Â Deretan lampu dan hiasan inilah yang khas menjadi hiasan untuk menyambut Diwali atau Deepavali.Â
Sesampainya di lantai empat, sudah ada beberapa orang di sana, termasuk seorang pemuda yang memakai dhoti warna putih dan baju warna putih. Dia sedang memainkan sebuah alat musik mirip piano atau organ dengan ukuran mini dan berbentuk kotak kayu mirip peti berwarna plitur cokelat muda. Â Tidak jauh dari pemuda ini, ada pemuda lain yang memakai baju putih lengan panjang dan celana panjang warna hitam, di dekatnya ada sebuah alat musik mirip gendang yang terbuat dari logam berwarna biru. Â Nanti dalam ritual upacara kedua pemuda ini lah yang akan memainkan alat music dan juga menyanyikan lagu lagu pujian.
Di bagian tengah ruangan yang ditutupi karpet warna merah marun dengan pola geometrik bunga-bunga warna putih kekuningan ini, ada sebuah meja yang di atasnya ada semacam gunungan yang landau dan ditutupi dengan berbagai jenis buah-buahan seperti anggur, apel, pir, jeruk, buah naga, manga dan lain-lain serta hiasan berbentuk dedaunan dan bunga sebagai aksesoris. Â Sementara di pojok terdapat sebuah altar yang masih ditutup tirai berwarna coklat tua kehitaman.
Sekitar pukul 7 lebih sedikit dan ketika tamu undangan sudah mulai ramai, upacara dimulai. Â Pendeta membunyikan genta yang tergantung seperti umumnya di kuil kuil Hindu dan juga meniup sebuah kerang. Â Nyanyian sang pemuda diiring musik dan gendang mulai membahana. Â Lagu-lagu rohani berbahasa sanskrit yang terdengar indah walau saya tidak mengerti maknanya.
Hanya bagian ini yang terus menerus diulang dan menjadi refrain ketika hampir semua tamu terlihat hafal dan bersemangat menyanyikannya:
Hare Krishna Hare Krishna
Krishna Krishna Hare Hare
Hare Rama Hare Rama