Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Empat Alasan Kampung Labirin Sulit Dilupakan, No 4 Bikin Mesem-Mesem

27 Oktober 2022   21:50 Diperbarui: 27 Oktober 2022   22:06 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahkan di tengah malam pun di sini selalu ramai baik dengan kegiatan warga ,atau pun pedagang makanan, demikian tambah "Ade Irma.

Berlatih menari: Dokpri
Berlatih menari: Dokpri

Atraksi kedua adalah menyaksikan anak-anak perempuan yang lebih kecil sedang berlatih menari di beranda sebuah rumah.  Di dinding rumah ini juga ada peta kampung Labirin yang disponsori oleh salah satu perusahaan swasta terkenal.   Anak-anak ini berlatih tidak menggunakan seragam tetapi memakai selendang yang diikatkan di pinggang. Tariannya terlihat lemah gemulai dan lumayan menarik bagi penonton.

Membuat emping jengkol: Dokpri
Membuat emping jengkol: Dokpri

Rombongan terus mengikuti Ade Irma memasuki lebih jauh kawasan kampung. Di antara Lorong-lorong yang sempit kami semat bertemu dengan perempuan berusia 50 tahunan yang disebut nyai yang sedang membuat Emping jengkol. Jengkolnya tampak dipenyetkan di sebuah wadah dari batu.  Di sini dijual juga Emping jengkol yang sudah dalam kemasan plastik. Satu plastik harganya juga sangat ekonomis, yaitu 5000 rupiah saja. Sontak lumayan banyak peserta Koteka Trip yang membeli emping jengkol ini. Ada yang langsung dimakan di tempat dan ada juga yang dibawa pulang untuk oleh-oleh.

Eming jengkol: Dokpri
Eming jengkol: Dokpri

Kami terus berjalan hingga sampai ke tepian Sungai Ciliwung. Ternyata airnya cukup deras dan di sini kami disuguhkan atraksi pemuda kampung Labirin yang sedang berolahraga Arung Jeram. Wah asyik juga kegiatan mereka. Ternyata fasilitas arung jeram ini juga bisa digunakan oleh pengunjung yang datang sehingga beberapa peserta koteka ada yang tertarik untuk mencoba. Namun karena tidak ada yang membawa pakaian ganti serta keterbatasan waktu, rencana ini akhirnya dibatalkan.

Arung Jeram: dokpri
Arung Jeram: dokpri

Hari sudah semakin siang. Hampir mendekati pukul dua ketika kami meninggalkan Kampung Labirin untuk menuju destinasi berikutnya pada perjalanan seru di Kota Bogor ini, yaitu Agrowisata Mulyaharja, yang merupakan persawahan terakhir di Kota Bogor. Di sana kami nanti akan sejenak beristirahat sambil makan siang.

Nah jalan-jalan ke Kampung Labirin memang tidak akan mudah dilupakan. Pertama karena ramahnya pemadu wisata seperti Ade Irma, kedua karena jalan-jalan sempit di kampung ini yang bikin kami bisa tersesat, ketiga karena kegiatan arung jeram para pemudanya, dan yang terakhir karena oleh-olehnya yang berkesan yaitu Emping Jengkol.

Bogor, Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun