Tidak jauh dari sini juga ada sebuah plakat yang terlihat sudah tua dimakan usia menjelaskan bahwa Museum Bahari ini diresmikan oleh Pj Gubernur KDKI Jakarta, Ali Sadikin pada 7 Juli 1977 alias tanggal cantik 7-7-77 lebih 45 tahun yang lalu.
Saya kemudian naik ke sebuah plaza kecil di depan menara. Â Di dekatnya ada bangunan kecil yang dipergunakan sebagai tempat penyimpanan koleksi. Â Sebenarnya ada dua buah menara di tempat ini, yang lebih tinggi adalah Menara Syah Bandar dan yang satu lagi lebih pendek dan hanya memiliki dua lantai lebih sering disebut sebagai Menara Tera. Â
Di sini ada lagi sebuah prasasti dengan logo Jaya Raya bertuliskan angka tahun 1527-1977 dengan tulisan: "Tugu ini tegak disini pada peringatan Jakarta 450 tahun dipersembahkan kepada mereka yang pada masa lalu pernah Menyusun batu-batu bagi landasan pembangunan hari ini,"Â Â Prasasti ini juga ditandatangani oleh Ali Sadikin pada tanggal yang sama 7 Juli 77.
Selin itu juga ada sebuah papan informasi yang berjudul "Yang Tertinggi di Titik Nol,". Â Papan informasi ini menceritakan tentang Menara Syah Bandar atau De Uitkijk Post secara singkat. Â
Dulunya di tempat ini berdiri bastion atau benteng Culemborg yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Antonio Van Diemen. Â Dan Menara Syah Bandar yang ada sekarang ini dibangun pada 1839. Â Juga dijelaskan bahwa seiring berjalannya waktu, menara ini kemudian mengalami kemiringan sehingga dijuluki juga Menara Miring atau Menara Pisa dari Jakarta. Â Salah satu menyebab kemiringan mungkin adalah banyaknya kendaraan berat yang melewati kawasan ini.
Tidak lama kemudian Mbak Ira Latief ditemani Mbak Yuli dari Wisata Kreatif Jakarta dan Sebagian rombongan peserta tur sudah hadir. Sambil menunggu peserta yang lain, Mbak Ira mengajak kami yang sudah hadir untuk berkumpul sambil memperkenalkan diri dan juga menceritakan sekilas mengenai sejarah kota Jakarta dan Menara ini.
"Menara Syah Bandar ini dulunya merupakan pencakar langit paling tinggi di Batavia dan juga digunakan sebagai penanda Titik Nol Kota Batavia," demikian Mbak Ira memulai kisahnya. Kemudian dilanjut dengan peran Menara ini sebagai menara pengawas di Pelabuhan Sunda Kelapa dan juga sebagai tempat pemungut pajak bagi semua kapal yang datang ke Batavia.