Bahkan menurut saya merupakan salah satu jeni duren paing nikamt yang pernah saya coba. Walau memang alah terkenal dibanding jenis-jenis duren lain yang sudah kondang seperti duren Medan atau Montong.
Waktu sudah semakin sore dan mendekati pukul 6 sementara Mentari masih menyisakan sinarnya ketika kami kembali berfoto di depan berbagai tempat yang menjadi penanda atau landmark kampung Baduy ini.Â
Termasuk di depan Tugu KB dimana kendaraan alias Angkot sudah menunggu untuk membawa kembali rombongan Baduy Trip ke stasiun Rangkasbitung.
Sekitar pukul 7.30 malam kami tiba di Stasiun Rangkasbitung dan kemudian naik KRL yang berangkat jam 19.40 menuju Tanah Abang. Â Di tanah Abang sebagian besar rombongan berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing.
Sebuah hari yang panjang dan melelahkan namun menggembirakan dan akan tetap dikenang sebagai sebuah perjalanan yang berkesan. Â Selain menikmati durian beserta kopi duren, kami juga sejenak belajar falsafah kehidupan orang Baduy yang penuh dengan kearifan dalam mempertahankan tradisi yang terus menerus mendapat serbuan atas nama kemajuan zaman.
Selain kenalan baru sesama rombongan Baduy Trip, kami juga bisa berkenalan dengan beberapa orang etnis Baduy, yaitu Pak Jali dan ketiga putranya Sarnita, Aldi dan Almin, Pak Jaro dan Anaknya Ito, serta nenek Cantik Aswati dan keponakannya si penenun Rumsiah.
Semoga bisa berjumpa lagi di Kampung Baduy entah sampai kapan mereka mampu bertahan terhadap perubahan.
September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H