Nama sebenarnya adalah Kang Syarif seperti tertulis di dinding rumah,,Sejenak kami mampir di kemudian diketahui bahwa Jaro sesungguhnya adalah nama jabatan sementara nama aslinya adalah Kang Syarif. Â
Di sini juga kami membeli beberapa buah durian yang nanti akan dinikmati setelah selesai jalan-jalan.Â
Ito juga sempat mengajak kami masuk ke rumahnya. Â Di dalam rumah yang sederhana dan tidak memiliki listrik ini ada seorang anak kecil yang sedang tidur. Â
Orang Baduy luar boleh memiliki telepon genggam, tetapi karena tidak boleh ada listrik, maka mereka harus turun ke perkampungan luar untuk menumpang mengisi batere. Sekali cas handphone, bayar dua ribu rupiah, demikian jelas Ito.
Ito juga sempat menjelaskan sekilas mengenai jumlah kampung yang termasuk kawasan Baduy Luar ini. Menurut Ito ada lebih dari 50 Kampung yang termasuk Wilayah Baduy Luar.Â
Dan uniknya mereka sendiri menyebut diri mereka sebagai Urang Kanekes atau Orang Kanekes sementara nama Baduy sendiri adalah sebutan orang luar untuk mereka.
Perjalanan di lanjut memasuki Kampung Kaduketug II. Â Di salah satu rumah kami mampir dan melihat seorang perempuan yang sedang menenun kain khas Baduy. Di sini juga dijual berbagai produk pakaian seperti sarung, kain tenun dan baju khas Baduy.
"Baju dan celana pangsi khas Baduy harganya 250 Ribu satu setel sementara sarung 200 ribu rupiah," demikian jelas Rumsah, nama perempuan muda berusia masih belasan tahun itu. Â Â Sementara itu dia juga menunjukkan berbagai kain tenun dan selendang yang dibandrol sekitar 300 ribu atau 200 ribu, tergantung motif dan ukuran. Â Juga ada berbagai jenis kerajinan tangan, gula aren dan kopi baduy.
Di rumah ini, kami juga berkenalan dengan seorang perempuan berusia tigapuluh tahunan yang dijuluki nenek cantik oleh Mbak Ira. Â Namanya Aswati dan sudah mempunyai anak perempuan bernama Marsiah yang juga sudah menikah dan mempunyai anak. Jadi status Aswati sudah menjadi nenek walau baru berusia sekitar 32 tahun saja dan masih sangat muda dan cantik.Â