Perjalanan dilanjut ke berbagai ruangan, ada yang di bawah tanah dan dinamakan Guwa Sela Giri dan ada juga yang seakan mengambang di dalam sebuah kolam air. Ini yang tadi disebut sebagai Kampung Kambang. Di Guwa Sela Giri ini dipamerkan berbagai lukisan yang indah.Â
Salah satunya adalah Lukisan Serimpi Sari Tunggal yang menggambarkan Gusti Nurul Kusumawardhani, putri Mangkunegaran VI yang sedang menari pada pesat pernikahan Putri Juliana di Belanda pada 1937.Â
Uniknya Gusti Nurul menari diiringi oleh Gamelan yang disiarkan langsung melalui radio dari Solo.
Banyak benda yang dapat disaksikan, baik syair putri Sunan Paku Buwono XI yang dijuluki Putri Tineke, maupun ruangan khusus untuk Ratu Mas alias permaisuri Sunan Paku Buwono X.
Batik juga tidak dapat dipisahkan dari budaya Jawa , karena itu di museum ini juga terdapat beberapa ruang di mana kita dapat mengagumi keindahan batik baik dari Kraton Solo, yogya dan juga pesisir yang dipengaruhi budaya Tiongkok.Â
Batik-batik ini dipamerkan di Esther Huis, sebuah bangunan bergaya Indies yang sangat cantik. Selain batik juga ada kebaya dan benda beda antik yang merupakan perpaduan budaya Jawa Eropa dan Tiongkok.
Di dalam museum ini, Kita juga dapat menikmati arca dari zaman Hindu Budha yang dipamerkan di ruang terbuka berbentuk koridor. Ini yang tadi disebut sebagai Selasar Retja Landa.
Singkatnya selama sekitar 45 menit di dalam museum kita seakan-akan mengembara menembus mesin waktu ke masa lama pai dengan bunda Jawa yang kental.
Di ruang terbuka ada sebuah replika panel dari candi Borobudur. Di sini baru pengunjung bebas berfoto. Sekian itu juga dipamerkan beberapa Arca yang antik. Uniknya panel ini dirancang tidak tegak lurus melainkan sedikit miring.
Suasana si luar atau bagian belakang ini juga masih terasa antik dengan suasana pegunungan yang memiliki aura mistis. Bahkan ada sebuah gapura dengan arsitektur Jawa yang tetap menawan.Â