Kata dalam bahasa Jawa ini bermakna nyala dari lampu blencong (lampu yang digunakan untuk pagelaran wayang kulit) adalah petunjuk bagi manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.
Mengikuti pemandu kami mulai memasuki berbagai ruangan yang ada di dalam museum dan sejenak suasana Jawa terasa sangat kental baik pada bangunan maupun benda seni dan budaya yang ditampilkan. Salah satunya adalah patung Dewi Sri yang seakan-akan mengucapkan selamat datang kepada kami semua.
Saya juga kemudian mengenal sedikit mengenai latar belakang museum yang diresmikan pada tahun 1997 setelah melihat sebuah prasasti yang ditandatangani Paku Alam VIII pada 1 Maret 1997 lalu.Â
Koleksi benda seni dan budaya Jawa yang ada di sini merupakan koleksi pribadi keluarga Haryono dan juga hibah dari keluarga kraton Surakarta, Yogya serta Pakualaman dan Mangkunegaran.Â
Keempat trah bangsawan Jawa sebagai pewaris Kerajaan Mataram Islam. Dan nama Ndalem Kaswargan sendiri bermakna Rumah Surga.Â
Hal ini dikarenakan lokasi museum yang terletak di lereng merapi yang sangat indah sehingga diibaratkan sebagai sepotong surga di bumi. Â
Dijelaskan secara singkat oleh pemandu bahwa pembangunan Ndalem Kaswargan dimulai pada sekitar 1995 dan berlangsung terus selama sekitar dua dekade secara bertahap.Â
Dimulai dengan Area Gua Sela Giri dan Kampung Kambang yang selesai pada 1997 sebelum museum diresmikan dan kemudian terus berkembang dengan pembangunan Resroran Beukenhof, Galeri Latihan menari, Ruang Putri Dambaan, hingga Selasar Retja Landa dan Butik Muse dari 2001-hingga 2009. Â
Ndalem Kaswargan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan dilengkapi dengan Pagelaran Sekar Jagat, dan kemudian Ruang Pamer Indies serta Rumah Peranakan. Tempat-tempat ini yang nanti akan kita nikmati bersama di sepotong surga di pusat Tanah Jawa ini.
Di ruang selanjutnya kami terpesona dengan berbagai gamelan Jawa yang berjejer rapi dan juga lukisan tarian Jawa. Konon benda-benda ini berasal baik dari kraton Surakarta atau Yogyakarta.