"Rumah itu diperintahkan untuk dirobohkan oleh Bung Karno sendiri pada sekitar tahun 1960-an. Tidak jelas alasan Bung Karno walau pada saat itu  walau banyak yang berusaha membujuk beliau untuk membatalkan rencana itu. Salah satunya adalah Plt Gubernur Jakarta pada saat Itu Henk Ngantung.Â
 Salah satu kemungkinan adalah rumah ini dirobohkan karena Bung Karno akan membangun Gedung Pola yang ada di belakang situs ini. Gedung Pola sendiri masih ada sekarang dan pernah berfungsi sebagai Gedung Perintis Kemerdekaan. Gedung Pola pada saat itu akan digunakan sebagai lokasi rencana pembangunan yang digagas sendiri oleh Bung Karno. Gedung Pola ini dibangun dengan arsitek kesayangan Bung Karno yaitu F. Silaban.
Di lokasi ini juga ada sebuah tugu berbentuk tiang bendera dengan lambang petir di atasnya. Pada  monumen tersebut terdapat tulisan logam "Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta"[1] Petir melambangkan gemuruh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Â
Tepat di [pojok taman ada sebuah Tugu berbentuk obelisk yang tdak terlalu tinggi dan merupakan Tugu peringatan Satu Tahun kemerdekaan Ri yang dipersembahkan oleh Ikatan Wanita Djakarta. Uniknya tugu yang asli sebenarnya sudah dirobohkan dan tugu yang sekarang ini sebenarnya dibangun kembali pada 1972 namun di lokasi yang berbeda sendiri.
Nah yang menjadi pusat Taman Proklamasi ini adalah Monumen Pahlawan Proklamator Sukarno Hatta yang berbentuk Patung Sukarno dan Hatta yang mengapir Naskah Proklamasi yang terbuat dari marmer hitam.
Rombongan Koteka Kompasiana berfoto bersama dengan latar belakang Monumen Proklamator ini dan kemudian setelah puas kami kemudian meninggalkan tempat ini dengan hati yang senang. Ada yang berjalan kaki menuju Megaria untuk mencicipi es campur dan ada juga yang naik taksi online ke Stasiun Manggarai untuk pulang ke rumah masing-masing.
Demikian kisah mengenai napak tilas kemerdekaan Koteka Kompasiana bersama Wisata Kreatif Jakarta.