Saya kemudian keluar dari candi perwara dan sejenak memandang ke seantero kawasan yang hijau dan lumayan sejuk di senja itu. Â Matahari masih belum tenggelam walau kata orang sun set di sini sangat indah.Â
Dari teras tertinggi ini saya lemparkan pandangan ke arah barat, yaitu teras-teras di bawahnya. Â Selain rerumputan, pepohonan seperti pohon pisang ada beberapa candi baik yang sudah utuh dan selesai dipugar atau sebagian besar masih berbentuk reruntuhan. Sementara di salah satu candi perwara, di bagian belakang nya terdapat sepasang turis bule yang sedang duduk santai.
Saya kemudian menuruni anak tangga untuk menuju ke teras sebelah bawah. Â Tiga teras dari bangunan candi induk yang ternyata merupakan teras ke delapan terdapat tiga buah candi dan beberapa batur.Â
Karena tidak diketahui nama masing-masing candi, maka sementara candi tersebut dinamakan dengan huruf seperti salah satu yang sudah selesai dipugar yaitu Candi F.Â
Uniknya di candi F ini ditemukan prasasti pada dinding yang bertuliskan Guywan, yang dibaca Bhuyutan dan memiliki arti pertapaan. Di tempat ini juga terdapat Prasasti batu yang  berisi 16 buah kalimat yang berupa mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi Om sarwwawinasa, sarwwawinasa.   Apa makna dan maksud kutukan tersebut dan apa peristiwa yang menjadi latar belakangnya?
Hingga kini semuanya masih belum terjawab dan menjadi misteri. Seperti misteri nama-nama candi di kompleks Candi ijo ini.
Lupakan kutukan itu, mari menikmati keindahannya ketika matahari terbenam di ufuk barat. Sebentar lagi. Sebentar lagi.