Pada Gapura Panggung ini pula terapat Sengkala Memet berbentuk dua ekor naga yang konon kalau dibaca menjadi Catur Naga Rasa Tunggal yang diartikan sebagai tahun Jawa 1684 atau Tahun 1758 Masehi sebagai tahun dimulainya pembangunan Kompleks Taman Sari pada Masa Sultan HB I.Â
Setelah membeli tiket, biasanya kita akan disambut oleh para pemandu yang menawarkan jasa mereka. Kalau kita membawa tamu asing, ada juga pemandu yang menawarkan jasa dalam berbagai bahasa, selain yang berbahasa Indonesia, saya juga pernah menggunakan pemandu yang berbahasa Inggris.Â
Menggunakan pemandu kita akan mengetahui nama tempat dan juga cerita-cerita seru dibaliknya, baik yang fakta ataupun yang merupakan mitos.
Kemudian kita akan masuk ke bagian yang dinamakan Gedhong Sekawan karena di sini terdapat empat buah bangunan yang mirip dan konon dulu digunakan oleh keluarga kerajaan untuk beristirahat. Â
Di sini juga terdapat banyak pot bunga yang dengan ukuran besar. Kembali ke pemandu dan mitos Taman Sari.Â
Salah satu mitos yang terkenal dan sering diceritakan oleh para pemandu adalah tentang sultan yang melemparkan bunga sambil mengintip para selir yang sedang mandi, dan selir yang berhasil menangkap bunga tersebutl ah yang akan mendapat giliran bercinta dengan sultan.
Mitos ini biasanya diceritakan ketika kita memasuki kawasan  pemandian yang menjadi pusat daya tarik kompleks Tamansari.  Kompleks pemandian ini dinamakan Umbul Pasiraman atau kadang disebut juga Umbul Binangun.Â
Ada tiga kolam atau pemandian utama yang dilengkapi beberapa bangunan. Setiap kali saya kesini, seakan-akan terbayang dan kembali ke masa lalu ketika di sini para selir atau permaisuri dan putri sedang mandi.Â
Airnya yang jernih dan dihiasi air mancur berbentuk kelopak bunga memang sangat khas Taman Sari. Tidak mengherankan, bila siapa saja yang berkunjung akan terkagum-kagum dengan keindahan tempat ini. Â