Nah di sini kita juga dapat memperoleh penjelasan singkat mengenai Poros Filosofi yang dibagi dua bagian. Â
Bagian pertama dari selatan yaitu Panggung Krapyak hingga ke arah utara dna menggambarkan pejalan hidup manusia dari rahim, dilahirkan, hingga beranjak dewasa dan kemudian memiliki keturunan.
Visualisasi perjalanan  hidup ini digambarkan dengan berbagai jenis tanaman dan juga bangunan yang ada di sepanjang sumbu filosofis hingga alun-alun selatan dan juga bangsal Kemagangan di sebelah utara Sasana Dwi Abad.
Sementara itu bagian kedua menjelaskan perjalanan manusia  untuk kembali ke ada penciptanya melewati berbagai tahap. Â
Dimulai dari Tugu melalui jalan Margautama, Malioboro , Margo Mulyo dan terus ke selatan melalui jalan Pangurakan hingga ke alun-alun utara dan pohon -pohon beringin . Semua penuh dengan perlambang yang penuh dengan simbol filosofis . Pasar beringharjo sendiri dianggap sengaja salah satu godaan.
Namun pada prasasti yang lain dijelaskan juga bahwa Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak melambangkan Lingga Yoni yang merupakan lambang kesuburan berdasarkan  filosofi Hindu.
Oleh Sultan HB I, filosofi hindu ini kemudian dimodifikasi menjadi filosofi Islam Jawa dengan  konsep Sangkan Paraning Dumadi dengan Keraton sebagai pusat filosofi yang ditandai dengan lampu Kyai Wiji yang tidak pernah padam sejak sultan bertahta.
Nah, konon Tugu Golong Gilig ini dulunya memlikii ketinggian sekitar 25 meter dan menjadi pusat titik konsentrasi sultan HB I bermeditasi di Bangsal Manguntur Tangkil di kompleks Kraton .
Demikianlah, denhan mampir ke tugu ini, sekarang saya bisa mengetahui lebih dalam mengenai sejarah dan perubahan yang terjadi termasuk perubahan kosep dari Hindu menuju islam Jawa.
Yogya , Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H