Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mboten Pareng Lenggah Mriki: Selasa Wage di Margo Mulyo

13 Juli 2022   07:22 Diperbarui: 13 Juli 2022   07:26 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat di sebelah Gedung Agung, ada gedung Hamzah Batik yang dikenal juga dengan nama Mirota. Di depan gedung ada patung Raminten dan prajurit Kraton Yogya. Biasanya selain bisa berbelanja batik dan pakaian serta kuliner, di gedung ini juga ada pertunjukan kabaret para Transpuan yang disebut Raminten Cabaret Show.

Teras Malioboro I: Dokpri
Teras Malioboro I: Dokpri

"Sugeng Rawuh Ing Teras Malioboro 1." Demikian tulisan yang tertera pada sebuah spanduk di depan gedung tepat di sebelah Hamzah Batik.  Di kejauhan agak menjorok ke dalam terlihat gedung yang dijadikan Teras Malioboro I dan menjajakan fashion, kuliner dan oleh-oleh khas Yogya.

Pasar Sore: Dokpri
Pasar Sore: Dokpri

Di seberang jalan, di antara Benteng Vredeburg dan Pasar Beringharjo, ada kawasan yang dijadikan Pasar Sore Malioboro.  Sementara Pasar Beringharjo yang sekarang dicat putih juga tampak lebih cantik dan anggun dibandingkan terakhir kali saya mengunjunginya.

Pasar Beringharjo: Dokpri
Pasar Beringharjo: Dokpri

Perjalanan terus dilanjut ke arah utara menyusuri Jalan Margo Mulya yang dulu bernama Jalan Ahmad Yani. Banyak toko-toko khas di sepanjang jalan ini dan masih mencantumkan dua nama jalan tersebut seperti Toko Bung Gemuk yang menjual obat dan jamu ini. 

Toko Bung Gemuk: dokpri
Toko Bung Gemuk: dokpri

Di sepanjang kaki lima, tempat duduk juga melaksanakan prokes dengan menjaga jarak sehingga ada tulisan Mboten Pareng Lenggah Mriki dalam Aksara Honocoroko yang diterjemahkan dengan Jaga Jarak dan Maintain Physical Distance.

Mboten Pareng Lenggah Mriki: Dokpri
Mboten Pareng Lenggah Mriki: Dokpri

Tepat di persimpangan Jalan Ketandan Kulon ada sebuah Gapura bernuansa Tionghoa dengan tulisan Kampung Ketandan yang dilengkapi Aksara Jawa dan Hanzi.  Kampung Ketandan merupakan Kampung Cina yang berada di pusat kota Yogya dan menjadi pusat perayaan Capgome yang dilaksanakan dua minggu setelah hari raya Imlek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun