Tepat di sebelah Gedung Agung, ada gedung Hamzah Batik yang dikenal juga dengan nama Mirota. Di depan gedung ada patung Raminten dan prajurit Kraton Yogya. Biasanya selain bisa berbelanja batik dan pakaian serta kuliner, di gedung ini juga ada pertunjukan kabaret para Transpuan yang disebut Raminten Cabaret Show.
"Sugeng Rawuh Ing Teras Malioboro 1." Demikian tulisan yang tertera pada sebuah spanduk di depan gedung tepat di sebelah Hamzah Batik. Â Di kejauhan agak menjorok ke dalam terlihat gedung yang dijadikan Teras Malioboro I dan menjajakan fashion, kuliner dan oleh-oleh khas Yogya.
Di seberang jalan, di antara Benteng Vredeburg dan Pasar Beringharjo, ada kawasan yang dijadikan Pasar Sore Malioboro. Â Sementara Pasar Beringharjo yang sekarang dicat putih juga tampak lebih cantik dan anggun dibandingkan terakhir kali saya mengunjunginya.
Perjalanan terus dilanjut ke arah utara menyusuri Jalan Margo Mulya yang dulu bernama Jalan Ahmad Yani. Banyak toko-toko khas di sepanjang jalan ini dan masih mencantumkan dua nama jalan tersebut seperti Toko Bung Gemuk yang menjual obat dan jamu ini.Â
Di sepanjang kaki lima, tempat duduk juga melaksanakan prokes dengan menjaga jarak sehingga ada tulisan Mboten Pareng Lenggah Mriki dalam Aksara Honocoroko yang diterjemahkan dengan Jaga Jarak dan Maintain Physical Distance.
Tepat di persimpangan Jalan Ketandan Kulon ada sebuah Gapura bernuansa Tionghoa dengan tulisan Kampung Ketandan yang dilengkapi Aksara Jawa dan Hanzi. Â Kampung Ketandan merupakan Kampung Cina yang berada di pusat kota Yogya dan menjadi pusat perayaan Capgome yang dilaksanakan dua minggu setelah hari raya Imlek.