Tepat di sudut jalan Patehan Lor ada gerobak yang menjual kueh Lekkericious Alkid seharga Rp. 1000 dengan latar belakang rumah yang menjual jasa musolah dan toilet dengan spanduk raksasa di bawah atap rumah. Â "Musolah, Toilet bersih dan nyaman" demikian bunyi spanduk tersebut.
Saya terus berjalan dan menemukan gerobak Nasi pecel Mbok Nom, derai telur gulung dan aneka sosis, hingga soto ayam dan kemudian bertemu dengan persimpangan jalan Gading. Â Kalau kita terus ke selatan, akan bertemu dengan Plengkung Gading, yang merupakan salah satu pintu masuk ke dalam benteng atau kompleks kraton. Â
Di sini, saya memandang jauh ke utara, tampak Sasana Hinggil Dwi Abad yang seakan-akan diapit sepasang beringin tua yang sering dijadikan ajang permainan masangin, yaitu menutup mata dengan sapu tangan hitam dan berjalan menuju celah di antara kedua pohon beringin.
Saya kemudian berjalan ke arah selatan menuju ke Plengkung Gading. Di jalan ini ada berbagai kedai atau warung dan juga penjual baju loak di kaki lima. Tampak baju-baju tua yang kondisinya sedikit lusuh digantung dan dipajang dengan tulisan dijual.
Di ujung jalan, saya sampai di Plengkung Gading. Dua buah papan memberikan informasi bahwa ini adalah cagar budaya nama resmi nya adalah Plengkung Nirboyo sekaligus dengan ancaman denda  250 Juta atau kurungan 6 bulan bagi siapa saja yang merusak atau merubahnya.
Sayangnya sekarang tangga untuk naik ke plengkung ini sudah terkunci, saya masih ingat pernah naik ke tempat ini beberapa tahun yang lalu. Sama sekali tidak ada informasi lain atau sekedar sejarah Plengkung Gading ini. Â Saya pun segera kembali ke utara menuju ke alun-alun dan melihat berbagai jenis makanan yang dijual di sana.
Berjalan sedikit ke arah timur, ada gerobak yang menjajakan Roti Maryam dan kemudian gerobak dorong bakso. Â Ada beberapa orang yang sedang menikmati makanan dan di antara rongsokan alat olah raga terdapat tempat untuk duduk bersantai.Â
Tepat di sudut tenggara ada sebuah toilet umum di bawah tanah dengan tulisan putra dan putri. Â Penggunaan istilah putra dan putri jarang untuk toilet jarang sekali ditemukan di Jakarta atau tempat lain, tetapi masih sangat umum di kawasan Yogya dan sekitarnya. Â Ada juga daftar harga menggunakan toilet yaitu Rp 2000 untuk buang air kecil.