Rasanya belum puas melihat-lihat bangunan tua dan sedikit mempelajari sejarahnya. Sebuah gedung bertuliskan Braga Weg tampak menarik. Ternyata di dinding depan juga ada sebuah prasasti berlatar belakang lukisan jalan Braga tempo dulu.Â
Dijelaskan bahwa gedung ini bernama  Braga Gids van Bandoeng dan dibangun pada 1940 dan merupakan rumah tinggal dan percetakan yang dimiliki E.H.H Buck yang menerbitkan majalah Gids van Bandoeng.
Tidak jauh dari sini juga ada deretan toko-toko dan di dalamnya tersembunyi sebuah prasasti yang menjelaskan bahwa ini adalah Blok Braga Sky yang beralamat jalan Braga n0 111-115 yang merupakan bangunan di sudut barat Braga Suniaraja  yang pernah menjadi tempat beberapa perusahaan seperti Luxebrood en Banketbakkerkerij yang kemudian berubah menjadi Chong Brothers dan juga bioskop Braga Sky. Saya masih ingat sering nonton di Braga Sky ini di zaman doeloe.
Namun dari sekian banyak prasasti yang bertebaran di sepanjang Jalan Braga ada sebuah prasasti yang bukan merupakan cagar budaya. Bertuliskan Aannemersbureau Thio Tjoan Tek, Ontwerpen en Uitvoeren, Oosteinde 19 Teled: 15 Bandoeng. Â
Prasasti ini ditempel di sebuah dinding di dekat sebuah caf dengan dinding bata merah.  Kalau diterjemahkan kira-kira : Kantor Pemborong (Anemer)  Thio Tjian Tek  Perancang dan Pelaksana, Alamat  Oosteinde no 19 dengan nomor telepon 15.  Ternyata Oosteinde sendiri merupakan nama lama Jalan Sunda yang letaknya tidak terlalu jauh dari Braga.Â
Akan tetapi yang unik adalah nomor telepon yang hanya dua angka yaitu 15. Apakah pada zaman itu di Bandung hanya terdapat sedikit sekali jumlah telepon? Namun saya juga masih ingat pada awal tahun 1970 -an masih ada kota-kota kecil yang nomor teleponnya hanya 2 digit  saja . dan kalau mau menelepon masih harus menghubungi operator terlebih dahulu.
Siapa sangka, jalan-jalan di Braga mencari harta karun berbentuk cagar budaya, akhirnya bertemu fakta tentang jumlah telepon di Bandung tempo doeloe.
Bandung, Akhir Juni 2022