Selain itu, kami juga sempat jalan-jalan di kota Jeddah. Â Salah satu tempat yang disarankan oleh resepsionis hotel adalah berkunjung ke Red Sea Mall, yang merupakan mal paling besar dan megah di Jeddah. Â Dengan taksi kami berangkat ke sana, kali ini kebetulan sopir taksinya orang Mesir dan tentunya percakapan juga harus dilakukan dengan bahasa Arab setelah sebelumnya selalu menggunakan bahasa Indonesia selama perjalanan ke Madinah dan Mekah.
Read Sea Mall lumayan luas dan megah dan terdiri dari tiga lantai. Suasana di mal lumayan ramai walau jangan dibandingkan dengan ramainya mal di Jakarta. Â Untuk makanan cepat saji, selain merek-merek internasional seperti Mc D, ada juga merek yang khas Arab seperti gerai Al-Baik. Â Â Anak-anak tentunya sudah cukup kangen dengan Mc D. Â Yang menarik adalah bila azan bergema, maka semua toko dan gerai harus tutup sementara untuk melaksanakan salat. Di samping temoat makanan dan belanja, di Red Sea Mall juga ada banyak tempat bermain untuk anak-anak.
Sopir juga menawarkan untuk bisa menjemput kami lagi setelah selesai jalan-jalan dan makan, karena itu dia memberikan nomor telepon genggamnya. Kebetulan saya juga punya Sim Card Saudi yang dibeli ketika pertama mendarat di Jeddah. Â Katika selesai kami hanya menelepon dan berjanji menunggu di tempat yang sama untuk dijemput kembali ke Hotel.
Selain ke Red Sea Mall, kami juga sempat jalan-jalan ke berbagai tempat menarik seperti Corniche dan  pada suatu kesempatan kami sempat naik taksi yang sopirnya orang Indonesia, Kalau tidak salah Namanya Pak Amin dan belau sempat memberikan kartu nama lengkap dengan nomor telepon genggam.  Salah satu tempat yang disarankan adalah berbelanja di Courniche di sebuah toko yang bahkan bernama Indonesia, yaitu toko Ali Murah. Di sini dijual berbagai jenis sajadah, karpet dan juga parfum.
Pak Amin ini juga yang mengajak kami berkeliling kota Jeddah dan mampir ke sebuah monumen yang cukup unik. Monumen ini berbentuk sebuah sepeda raksasa dengan ukuran tinggi sekitar 5 meter dan dipajang di sebuah bundaran di kawasan Al Bawadi.
"Sepeda ini dijuluki sepeda Nabi Adam dan konon berasal dari Indonesia," jelas Pak Amin lagi sambil melanjutkan cerita bahwa sepeda ini merupakan hadiah dari Gubernur DKI Jakarta era 1970-an. Â Karena merupakan hadiah yang menarik, maka pemerintah kota Jeddah menempatkan hadiah ini di sebuah bundaran.
Wah menarik juga jalan-jalan di Jeddah walau udara di luar di bulan Juli lumayan panas. Akhirnya kami kembali ke Jakarta dengan pesawat Singapore Airlines via Abu Dhabi dan Singapura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H