Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sepeda Nabi Adam, Jejak Bang Ali Sadikin di Jeddah

10 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 10 Juni 2022   10:09 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah ini sebenarnya terjadi sudah cukup lama, yaitu pada sekitar Juli 2010 ketika saya dan keluarga menyempatkan untuk pergi umroh. Kala itu kami berlima dan ada juga beberapa  anggota keluarga lain yang menggunakan penerbangan berbeda.

Dengan pesawat Saudia kami berangkat menuju Jeddah, namun kali ini pesawat harus transit dahulu di bandara King Khaled di Riyad.  Sehingga total waktu penerbangan sedikit lebih lama dibandingkan yang langsung menuju Jeddah.   Seperti biasa, di Jeddah sudah menjemput pemandu dan juga yang mengatur penginapan, serta perjalanan selamau di Arab Saudi.

Bandara Jeddah: Dokpri
Bandara Jeddah: Dokpri

Ibadah umroh seperti biasa dimulai dengan ke Madinah dulu, lalu berangkat ke Mekkah dan kemudian kembali ke Jeddah sebelum pulang ke Jakarta.  Sekitar 9 hari sudah berlalu ketika kami tiba di Jeddah sebelum kembali ke Jakarta.  Kalau sebelumnya kami hanya menginap semalam di Jeddah, dalam perjalanan kali ini, kami sempat menginap 4 malam di Jeddah. Kebetulan kami menginap di Jeddah Trident, sebuah hotel di pusat kota Jeddah. Setiap kali naik lift kami sempat melihat sebuah kolam renang dengan airnya yang biru, tetapi tidak pernah melihat ada tamu yang berenang di hotel ini.

Kolam Renang di Hotel: Dokpri
Kolam Renang di Hotel: Dokpri

Selain berbelanja di Balad, kami juga sempat mampir ke Masjid Terapung di tepian Laut Merah.  Masjid ini bernama Masjid Ar-Rahma.  Tampak sangat indah karena seakan-akan mengapung di atas laut Merah.  Untuk menuju masjid ada jembatan yang disanggah oleh tiang-tiang beton. Di sekitar masjid ada koridor dan juga halaman yang atapnya berbentuk kubah-kubah kecil berwarna putih.  

Bangunan utama masjid berbentuk segi enam dengan sebuah kubah berwarna hijau yang bertengger cantik di puncaknya. Sebuah menara yang lumayan tinggi dan cantik juga menghiasi masjid yang menjadi tujuan utama bagi para Jemaah umroh dan haji untuk berwisata sebelum meninggalkan tanah suci.

Masjid Terapung: Dokpri
Masjid Terapung: Dokpri

Nah selain ke Masjid terapung, kami juga banyak menghabiskan waktu di hotel dengan menyaksikan pertandingan sepak bola Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan. Jika pada pertandingan awal kami sama sekali tidak bisa nonton karena harus mengikuti kegiatan ibadah dan juga tidak ada TV di kamar hotel, maka berbeda dengan hotel di Jeddah kali ini.  Pertandingan piala dunia berakhir dengan final antara Spanyol dan Belanda yang dimenangkan oleh tim Spanyol dengan skor 1-0.

McD di Red Sea Mall: Dokpri
McD di Red Sea Mall: Dokpri

Selain itu, kami juga sempat jalan-jalan di kota Jeddah.  Salah satu tempat yang disarankan oleh resepsionis hotel adalah berkunjung ke Red Sea Mall, yang merupakan mal paling besar dan megah di Jeddah.  Dengan taksi kami berangkat ke sana, kali ini kebetulan sopir taksinya orang Mesir dan tentunya percakapan juga harus dilakukan dengan bahasa Arab setelah sebelumnya selalu menggunakan bahasa Indonesia selama perjalanan ke Madinah dan Mekah.

Read Sea Mall lumayan luas dan megah dan terdiri dari tiga lantai. Suasana di mal lumayan ramai walau jangan dibandingkan dengan ramainya mal di Jakarta.  Untuk makanan cepat saji, selain merek-merek internasional seperti Mc D, ada juga merek yang khas Arab seperti gerai Al-Baik.    Anak-anak tentunya sudah cukup kangen dengan Mc D.   Yang menarik adalah bila azan bergema, maka semua toko dan gerai harus tutup sementara untuk melaksanakan salat. Di samping temoat makanan dan belanja, di Red Sea Mall juga ada banyak tempat bermain untuk anak-anak.

Tempat Bermain di Red Sea Mall: Dokpri
Tempat Bermain di Red Sea Mall: Dokpri

Sopir juga menawarkan untuk bisa menjemput kami lagi setelah selesai jalan-jalan dan makan, karena itu dia memberikan nomor telepon genggamnya. Kebetulan saya juga punya Sim Card Saudi yang dibeli ketika pertama mendarat di Jeddah.  Katika selesai kami hanya menelepon dan berjanji menunggu di tempat yang sama untuk dijemput kembali ke Hotel.

Toko Ali Murah
Toko Ali Murah

Selain ke Red Sea Mall, kami juga sempat jalan-jalan ke berbagai tempat menarik seperti Corniche dan  pada suatu kesempatan kami sempat naik taksi yang sopirnya orang Indonesia, Kalau tidak salah Namanya Pak Amin dan belau sempat memberikan kartu nama lengkap dengan nomor telepon genggam.  Salah satu tempat yang disarankan adalah berbelanja di Courniche di sebuah toko yang bahkan bernama Indonesia, yaitu toko Ali Murah. Di sini dijual berbagai jenis sajadah, karpet dan juga parfum.

Kota Jeddah : Dokpri
Kota Jeddah : Dokpri

Pak Amin ini juga yang mengajak kami berkeliling kota Jeddah dan mampir ke sebuah monumen yang cukup unik. Monumen ini berbentuk sebuah sepeda raksasa dengan ukuran tinggi sekitar 5 meter dan dipajang di sebuah bundaran di kawasan Al Bawadi.

"Sepeda ini dijuluki sepeda Nabi Adam dan konon berasal dari Indonesia," jelas Pak Amin lagi sambil melanjutkan cerita bahwa sepeda ini merupakan hadiah dari Gubernur DKI Jakarta era 1970-an.  Karena merupakan hadiah yang menarik, maka pemerintah kota Jeddah menempatkan hadiah ini di sebuah bundaran.

Wah menarik juga jalan-jalan di Jeddah walau udara di luar di bulan Juli lumayan panas. Akhirnya kami kembali ke Jakarta dengan pesawat Singapore Airlines via Abu Dhabi dan Singapura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun