Pada 1965, karena perubahan politik, nama Sin Ming Hui kemudian diganti menjadi Candra Naya. Â Kegiatan berlangsung terus hingga 1992 ketika gedung ini kemudian dijual oleh pemiliknya dan sempat mau dirobohkan untuk dibangun area komersial, bahkan sempat juga mau dipindahkan ke Taman Mini.
Sejarah akhirnya mencatat sebuah keajaiban yang aneh. gedung utama dan sebagian bangunan masih bisa diselamatkan sebagai cagar budaya walau harus rela berada dibawah dan diapit gedung pencakar langit yang modern.
Saya kemudian keluar gedung dan sejenak memandang keseluruhan gedung dari depan di kejauhan.  Walau  ada di bawah bayang-bayang pencakar langit yang mengelilinginya, namun keanggunannya tetap tidak pudar. Selain bentuk pintunya yang elegan, bentuk atapnya yang lancip di kedua ujungnya memberikan kesan tersendiri akan bangunan khas Tiongkok yang pernah memberi rona sejarah di ibu kota Jakarta.
Semoga kisah Gedung Candra Naya dan juga ajaran kebijkan tentang kehidupan yang ada di dalamnya dapat membuat kita lebih arif untuk menghargai peninggalan sejarah.  Betapa banyak gedung saksi sejarah masa lampau yang sudah dihancurkan dan  tidak dapat diwariskan untuk generasi yang akan datang. Â
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H