Ternyata di Stanley ini bukan hanya ada mal dan dermaga, saya melihat petunjuk menuju ke sebuah kuil yang bernama Pak Tai Temple. Â Saya kemudian mengikuti arah dan sekitar 5 menit kemudian tiba di sebuah kuil kecil yang letaknya di sebuah tebing di tepi pantai.
Di sini, waktu serasa berhenti. Di koridor tepi tebing di dekat kuil ada deretan gambar dewa dewi agama Tao. Salah satunya adalah Buddha Tertawa yang disebut Julaihut. Â Berdasarkan informasi, Pak Tai Temple ini dibangun pada sekitar 1805 oleh para nelayan Chew Chow.Â
Dinamakan Kuil Pak Tai karena dibangun untuk memuja Dewa Utara atau Pak Tai. Â Konon dewa ini salah satu dari dewa pelindung para nelayan selain Dewa Tin Hau dan Hung Shing.
Pada setiap tanggal 3 bulan 3 penanggalan Imlek, yaitu hari ulang tahun dewa Pak Tai, diadakan upacara meriah seperti pagelaran wayang, opera di panggung terbuka di tepi pantai. Sering juga perayaan ini dimeriahkan dengan pesta kembang api.
Di atas pintu masuk kuil, ada empat huruf Mandari yang mungkin nama kuil ini dan di kedua sisi pintu ada tulisan berwarna kuning emas dengan dasar merah. Sebuah tempat dupa besar juga ada persisi di depan pintu kuil.
Tidak jauh dari kuil ini, juga terdapat sebuah perumahan nelayan yang bernama Ma Hang Estate. Â Sebelumnya lokasi pemukiman nelayan ini merupakan pemukiman yang kumuh dan baru pada 1994 di lokasi ini dibangun rumah susun berlantai rendah yang khusus dibangun untuk para nelayan penghuni asli kawasan ini.
Ternyata ini merupakan salah satu proyek pembangunan perumahan nelayan yang cukup berhasil di Hong Kong. Apa bisa dicoba juga diterapkan di Jakarta?
Hong Kong Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H