Reginald pergi ke luar negeri dan kemudian mengumpulkan kekuatan untuk melawan Henry VIII. Â Karena tidak bisa menghukum Reginald, maka ibunya lah harus menanggung dosa sang anak. Dia dipenjarakan pada 1539 dalam usia yang sudah tidak muda lagi, yaitu 65 tahun.
Dan pagi itu 27 Mei 1541, nenek berusia 67 tahun itu diperintahkan untuk bersiap-siap menerima ajal dengan dieksekusi dan dipenggal. Margareth Pole tidak pernah mengaku bersalah dan konon kisah eksekusinya menjadi sebuah drama paling mengerikan di Tower of London.
Menurut cerita, Â sang algojo yang diberi tugas untuk melakukan eksekusi masih sangat muda dan belum berpengalaman, Sehingga kapak yang seharusnya diarahkan ke leher malah kena ke bahu dan kepala sehingga berlumuran darah.Â
Diperlukan sekitar sepuluh ayunan kampak sebelum Lady Margareth Pole meninggal. Â Bahkan ada versi cerita kedua di mana Margareth Pole sempat berlarian berlumuran darah dan dikejar oleh sang algojo.
Dan sejak saat itu, penampakan hantu Margareth Pole sering terlihat di Tower Green berlarian seakan-akan dikejar algojo setiap ulang tahun hari eksekusinya yaitu 27 Mei.Â
Bahkan di sel tempat Margareth Pole ditahan selama dua tahun ditemukan sebuah puisi yang menyatakan bahwa dia sebenarnya tidak bersalah:
 For traitors on the block should die;
I am no traitor, no, not I!
My faithfulness stands fast and so,
Towards the block I shall not go!
Nor make one step, as you shall see;
Christ in Thy Mercy, save Thou me!
Perempuan ketiga yang juga menemui nasib tragis di Tower of London adalah Catherine Howard, istri kelima Henry VIII. Dia menemui ajalnya pada 13 Februari 1542, hanya 3 hari setelah ditahan di Tower of London, dalam usia yang masih sangat belia, sekitar 17 dan belum genap 18 tahun.
Kisah Catherine Howard merupakan sebuah tragedi. Dia menikah dengan Henry VII pada 28 Juli 1540 setelah Henry VIII membatalkan pernikahannya dengan istri ke 4, Anna Cleve. Mirisnya, Catherine juga pernah bertugas sebagai dayang-dayang Anne Cleve.