Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Paris, Toilet Umum, dan Koin Franc

8 April 2022   11:51 Diperbarui: 9 April 2022   09:03 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arc de Trioumph (Dokpri)

Jalan-jalan ke Paris dengan membawa dua anak yang berusia kurang dari 3 dan 7 tahun lumayan menantang sekaligus menyenangkan. 

Menantang karena  mereka bisa saja suatu saat ngambek bila menginginkan sesuatu, menyenangkan, karena mereka pada galibnya adalah anak-anak yang baik, riang, walau kadang sedikit bakal.

Paris merupakan salah slah satu tujuan wisata yang terkenal di Eropa. Puluhan juta wisatawan tumplak ke Perancis dan Paris di segala musim. 

Ketika kami sekeluarga berkunjung di pertengahan Februari 1997, udara dingin masih dominan walau salju memang sangat jarang turun di kota ini, namun buat kami sekeluarga, apalagi buat anak-anak yang pertama kali ke Eropa lumayan dingin dan merupakan suatu pengalaman baru.  

Salah satunya adalah beban tambahan jaket tebal yang selalu menemani setiap perjalanan.

Untungnya cuaca dingin dapat dihalau bila kita masuk ke dalam ruangan publik baik museum, caf, restoran, hotel, maupun departemen store. Belum lagi selama perjalanan kami juga banyak menggunakan metro atau kereta bawah tanah yang tentu saja cukup hangat suasananya karena selalu ramai penumpang .

Dalam perjalanan selama 4 hari di Paris, banyak tempat wisata menarik yang cukup terkenal telah kami sambangi.  Salah satunya adalah Gedung Opera di dekat hotel kami yang tampak unik karena banyaknya burung merpati. 

Di senja hari kami duduk-duduk di lobi Gedung opera Bersama banyak wisatawan dan menyaksikan burung-burung tersebut beterbangan kian kemari sambal sesekali mengambil makanan yang diberikan pengunjung.

Merpati di Opera (Dokpri)
Merpati di Opera (Dokpri)

Selain Menara Eiffel, ikon kota Paris yang tidak boleh dilewatkan adalah  ke  Arc de Triomph yang merupakan sebuah monumen di tengah Lapangan atau Place du Charles de Gaulle yang disebut juga Etoile. 

Etoile dalam bahasa Perancis berarti bintang karena monumen ini merupakan tempat pertemuan 12 jalan raya alias simpang 12 yang konon menjadi salah satu bundaran paling sibuk di dunia.

Salah satu Jalan raya yang melewati Arc de Triomph adalah  Avenue des Champ- Elysees yang merupakan jalan paling terkenal di Paris.   Untuk menuju ke tempat ini kitab isa naik metro dan turun di stasiun Etoile Charles de Gaulle.

Arc de Trioumph (Dokpri)
Arc de Trioumph (Dokpri)

Anak-anak sangat menikmati suasana Champ Elysees yang ramai. Mereka bermain dan berlarian di kaki lima yang lebar dan nyaman. Selain itu juga banyak tempat duduk yang nyaman. 

Untuk menuju ke Arc de Triomph, kita bisa menyeberang melalui terowongan di bawah tanah dan muncul di kaki monumen kebanggaan rakyat Perancis itu. 

Seperti kebanyakan lapangan dan monumen di Paris, tanah di kawasan ini putih bagaikan pasir dengan butir-butir yang lebih kasar.  

Di kaki monumen ini anak-anak juga bisa bermain lebih leluasa karena suasananya tidak seramai di Champ Elysess.   Di sini juga terdapat makam serdadu tidak dikenal dari Perang Dunia Pertama dan api abadi yang terus menyala.

Walau dari jauh terlihat tidak begitu tinggi, namun kalau kita berada di kaki monumen setinggi sekitar 50 meter ini, lumayan terlihat besar dan gagah. 

Sebenarnya wisatawan bisa naik ke atas menuju pelataran di puncak monumen dengan menaiki sekitar 280-an anak tangga, namun kami hanya bermain dan melihat-lihat di sekitar bagian bawah saja. 

Konon monumen ini mulai dibangun pada 1806 ketika Napoleon sedang berkuasa dan baru tiga puluh tahun kemudian selesai dan diresmikan oleh Raja  Louis Philipe

Setelah puas bermain di kawasan Champs Elyses, kami kemudian berkunjung ke Museum yang paling top di Paris yaitu Le Louvre.  

Tentu saja kami pergi dengan naik metro dan sebelum masuk ke museum sempat menikmati suasana di kawasan museum terutama dengan piramida kacanya yang unik. Unik karena arsitektur museum yang klasik berpadi dengan piramida kaca yang futuristik. 

Louvre (Dokpri)
Louvre (Dokpri)

 Di museum ini, banyak yang data kita lihat, salah satu yang tidak dilewatkan adalah lukisan Monalisa yang terkenal. Walau ketika dikunjungi ternyata sangat kecil dan lumayan cukup ramai sehingga kita tidak bisa menikmatinya.  

Sementara anak-anak suka sekali dengan patung-patung yang konon dibawa dari Mesir.  Sebagaimana diketahui bahwa Mesir pernah dijajah Perancis dan banyak sekali benda  kuno yang dibawa ke Perancis termasuk beberapa obelisk yang kini menjadi ikon kota Paris. 

Namun dalam perjalanan ini, ada hal yang cukup menarik yaitu berjalan di udara terbuka dengan suhu udara yang dingin membuat kita lebih sering membutuhkan toilet.  

Nah, untungnya di Paris terdapat lumayan banyak toilet umum yang kala itu bisa dimasuki dengan memasukkan koin 2 Franc.   Namun karena seringnya ke toilet, bisa saja kita kehabisan uang koin.    

Nah, tentunya kalau kebetulan berada di tempat umum seperti taman, agak susah mencari toilet yang gratis.  

Untungnya, menurut informasi, sejak 2006 lalu, toilet umum di Paris sendiri sudah diperbanyak dan dipercantik dan bahkan disediakan gratis.   

Paris, Februari 1997

Foto: Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun