Karpetnya tampak sederhana berwarna krem tanpa ornamen dan hiasan. Hanya ada gairis coklat tua kehitaman penanda saf. Dan yang lebih mengagumkan sama sekali tidak ada iang ataupun sokoguru di dalam masjid ini.
Selesai sholat baru saya sempatkan diri sejenak istirahat dan mengembara di dalam ruangan ini. Pertama-tama , saya lemparkan pandangan ke atas dan menikmati indahnya langit-langit masjid yang berbentuk kubah pipih mengikuti atap yang melengkung bagaikan setengah bagian atas kueh apem. Â Ratusan lampu menerangi masjid dari langit-langit yang dihiasi ornamen berbentuk segitiga biru. Serasa sangat nyaman dan damai berada di bawah langit artifisial ini.Â
Tidak terlalu banyak hiasan kecuali ada rak berisi buku-buku dan Al-Quran serta sebuah jam penunjuk waktu sholat.
Mihrabnya sangat unik terbuat dari marmer yang bentuknya mirip kelopak bunga yang membentuk setengah lingkaran. Di sebelahnya terdapat mimbar yang terasa sangat resmi terbuat dari marmer berwarna hitam.
Sekilas masjid ini sangat megah dan mewah untuk sebuah bandara. Maklum kita berada di Doha, Qatar, sebuah negri kaya minyak yang juga merupakan salah satu negri dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia.
Setelah puas menikmati keindahan interior masjid, kami kemudian keluar ke halaman dan kembali terpesona dengan indahnya sebuah air mancur kecil berbentuk bulat.Â
"Yuk kita kembali ke terminal dan naik taksi Karwa ke Najma", ujar Azwar membangunkan saya dari lamunan akan keindahan masjid berbentuk kueh apem ini.
Setelah sampai di Najma dan kemudian mencari informasi lebih banyak tentang masjid bandara ini, barulah saya tahu bahwa sebenarnya masjid ini dirancang meniru bentuk  water droplet alias buliran air.
Sambil berjalan menuju ke terminal, dari kejauhan saya lemparkan sekali pandangan mata untuk melumat keindahan masjid kueh apem yang berbentuk buliran air.