Setelah terbang sekitar 9 jam dari Bandara Soekarno-Hatta, pesawar Boeing 777 Qatar Airways yang saya tumpangi mendarat mulus di Hamad Internaional Airport di Doha.
Ini adalah perjalanan saya pertama ke Doha setelah hampir 9 tahun dan landing pertama di Hamad International Airport yang baru nan megah.
Setelah keluar imigrasi dan custom, sobat lama saya menetap dan bekerja di Doha sudah menanti di terminal kedatangan, kami juga sudah sempat mengrim pesan melalui whats up selepas kedatangan tadi.
Ketika kami mendarat tadi, rupanya waktu subuh baru saja menjelang di tanah Qatar, karena itu sobat saya mengajak untuk pergi ke masjid sebelum kami menuju ke rumah alias apartemennya di kawasan Najma.
"Yuk kita sholat subuh dulu di Masjid Apem", kata Azwar lagi dengan nada tawa yang khas. Apalagi kamu sudah cukup lama tidak berkumpa.
 "Wah dimana masjid Apem itu? , tanya saya. Azwar kemudian menjawab, bahwa Masjid Apem adalah masjid bandara yang terletak tidak jauh dari terminal.  Kita kemudian berjalan kaki meninggalkan terminal dan menuju ke masjid.
Kami bergegas menuju masjid karena sholat subuh berjamaah tampaknya baru saja usai dan tidak lama lagi sang mentari sudah menunjukan rona lembayung kemerahan di ufuk timur.
Sekilas masjid ini memiliki arsitektur yang sangat modern dan futuristik dengan konsep kekinian. Secara singkat kesan minimalis ada di keseluruhan ekterior masjid. Kami segera menuju ke ruang wudhu dan kemudian memasuki ruangan utama untuk sholat.
Karena waktu sholat sudah selesai, hanya ada beberaoa orang saja di dalam masjid. Â Ruang sholat utama berbentuk bulat mengikuti bentuk kueh apem yang pipih. Â Walau dari jauh terlihat tidak begitu besar namun ruangan ini terasa megah dan luas dilihat dari dalam.
Karpetnya tampak sederhana berwarna krem tanpa ornamen dan hiasan. Hanya ada gairis coklat tua kehitaman penanda saf. Dan yang lebih mengagumkan sama sekali tidak ada iang ataupun sokoguru di dalam masjid ini.
Selesai sholat baru saya sempatkan diri sejenak istirahat dan mengembara di dalam ruangan ini. Pertama-tama , saya lemparkan pandangan ke atas dan menikmati indahnya langit-langit masjid yang berbentuk kubah pipih mengikuti atap yang melengkung bagaikan setengah bagian atas kueh apem. Â Ratusan lampu menerangi masjid dari langit-langit yang dihiasi ornamen berbentuk segitiga biru. Serasa sangat nyaman dan damai berada di bawah langit artifisial ini.Â
Tidak terlalu banyak hiasan kecuali ada rak berisi buku-buku dan Al-Quran serta sebuah jam penunjuk waktu sholat.
Mihrabnya sangat unik terbuat dari marmer yang bentuknya mirip kelopak bunga yang membentuk setengah lingkaran. Di sebelahnya terdapat mimbar yang terasa sangat resmi terbuat dari marmer berwarna hitam.
Sekilas masjid ini sangat megah dan mewah untuk sebuah bandara. Maklum kita berada di Doha, Qatar, sebuah negri kaya minyak yang juga merupakan salah satu negri dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia.
Setelah puas menikmati keindahan interior masjid, kami kemudian keluar ke halaman dan kembali terpesona dengan indahnya sebuah air mancur kecil berbentuk bulat.Â
"Yuk kita kembali ke terminal dan naik taksi Karwa ke Najma", ujar Azwar membangunkan saya dari lamunan akan keindahan masjid berbentuk kueh apem ini.
Setelah sampai di Najma dan kemudian mencari informasi lebih banyak tentang masjid bandara ini, barulah saya tahu bahwa sebenarnya masjid ini dirancang meniru bentuk  water droplet alias buliran air.
Sambil berjalan menuju ke terminal, dari kejauhan saya lemparkan sekali pandangan mata untuk melumat keindahan masjid kueh apem yang berbentuk buliran air.
Doha, November 2017.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H