Sekitar 12 atau 13 Mei , istri saya sendiri masih masuk  kantor di kawasan SCBD Sudirman .Â
Ketika mendengar bahwa kerusuhan meluas di Jakarta pada 13 Mei, saya mencoba menghubungi Jakarta. namun hubungan telpon sempat putus sehingga saya tidak mengetahui apa yang terjadi dengan keluarga di rumah.Â
Perlu dicamkan bahw a pada tahun 1998 media sosial boleh dibilang bekuk eksis .Â
Sementara itu di Bandara Soekarno Hatta sempat terjadi eksodus warga Tionghoa yang  kebanyakan memilih Singapura untuk sementara mengungsiÂ
Di Televisi Singapura sendiri berita ini sangat menghebohkan bahkan ada wawancara langsung dengan beberapa orang yang tampak terluka karena mengalami kekerasan fisik.
Hubungan Telpon dengan  rumah  baru pulih keesokan harinya . Ternyata istri sendiri memang tidak bisa pulang ke rumah pada tanggal 13 Mei sehingga kantor memutuskan untuk menginapkan staff di beberapa hotel di sekitar kantor .
Maklum kota Jakarta pada hari itu sejak 12 dan terutama pada 13 Mei memang bagai kota yang tidak bertuan.
Kisah kisah seram dan mengerikan mengalir begitu saja dan media di Singapura pun memberitakannya dengan terus menerus .
Pada saat-saat itu semua merasa khawatir. Saya sendiri tentunya merasa khawatir dengan istri dan juga anak  anak yang masih kecil di rumah. Apalagi pada saat itu istri sempat tidak bisa pulang ke rumah .
Kisah dari teman teman yang bertugas di bandara lebih seru lagi. Mereka yang bekerja tidak bisa pulang yang seharusnya masuk tidak bisa pergi ke bandara .Â
Akibatnya semua yang sedang bekerja diputuskan untuk terus bekerja dan beristirahat di kantor saja .