Belum lama kami tiba, azan lohor (zuhur) menggema dari sebuah masjid tidak jauh dari tempat ini. Kami sempatkan salat dulu sebelum memulai pengembaraan ke beberapa gua yang ada di kompleks Gua Gedawang ini.
"Gua ini dinamakan Simenteng karena dulunya banyak ditemukan pohon Menteng," demikian jelas Mas Edo membuka cerita setelah komplotan Koteka sempat bergaya di depan pintu masuk Gua Simenteng yang berbentuk kepala harimau,
Di depan pintu masuk ini terdapat papan bertuliskan peraturan yang harus diikuti pengunjung, di antaranya dilarang berkata tidak sopan ataupun mengotori kawasan gua.
Selain itu ada juga aturan bahwa pengunjung hanya boleh masuk dengan izin pemandu dan juga hanya diperbolehkan paling lama 30 menit berada di dalam gua dengan jumlah maksimal rombongan sebanyak 20 orang.
Terasa keringat mulai sedikit bercucuran, namun suasana sakral yang ada di dalam gua membuat kita semua tambah semangat menyusuri lorong dan relung di dalam gua.
"Altar ini kadang digunakan untuk bertapa," tambah Mas Edo lagi sambil menjelaskan bahwa Gua Gudawang selalu dibuka 24 jam dan sesekali digunakan untuk pengunjung yang datang untuk bertapa.
"Pada umumnya mereka bertapa selama satu hari satu malam tanpa makan dan minum, namun belum lama ini ada seorang petapa perempuan yang datang dari Sulawesi dan berdiam selama 7 hari 7 malam di dalam gua ini,” tukas Mas Edo sambil sesekali mengambil foto rombongan Koteka yang selalu ceria beraksi di depan kamera dan hp.