Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Makam Belanda yang Kesepian di Pasar Beringharjo

1 Juli 2017   22:59 Diperbarui: 3 Juli 2017   09:55 2861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menjadi tujuan favorit baik untuk wisatawan nusantara maupun mancanegara. Dan di musim libiran kali ini, seperti biasa hampir semua lokasi menarik kebanjiran pengunjung.

Di kawasan selatan Malioboro yang dulunya bernama Jalan Ahmad Yani dan sekarang menjadi jalan Margomulyo terdapat sebuah pasar tradisional yang merupakan tempat belanja favorit baik untuk warga lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Yogya.  Namanya juga keren dan khas, yaitu Pasar Beringharjo.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
“Selamat Datang di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta”, demikian terdapat sebuah papan nama yang terdapat di area dekat tempat parkir di tengah-tengah kawasan pasar.  Menjelajah pasar ini, kita seakan-akan menyaksikan semaraknya perekonomian di kota Yogya. Berbagai jenis barang lengkap dijajakan di kios-kisonya. Baik di lantai dasar , lantai satu maupun lantai dua.

Mencari berbagai jenis busana, suvenir, dan juga barang keperluan sehari-hari dengan harga ramah di kantong sangat mengasyikan. Tentunya kita juga mesti pandai-pandai menawar agar bisa mendapatkan harga yang terbaik.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
“Pasare resik, atine becik, rejekine apik”, cukup banyak slogan pasar ini dipasang di dinding maupun papan nama.  Artinya dalam Bahasa Indonesia kira-kira “Pasarnya bersih, hatinya baik, rejekinya bagus.   Disamping itu ada juga beberapa slogan yang cukup baik untuk disimak seperti “Jujur dalam berusaha cermin orang bijak”.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selepas berjalan-jalan di dalam kios-kios di pasar tradisional yang telah dinobatkan menjadi pasar wisata ini, saya sempatkan menikmati bakso dan teh manis di tepian jalan kecil tepat di sebalah utara pasar.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dari sini , perjalanan dilanjutkan menuju ke arah timur. Tujuannya mencari kamar kecil dimana secara tidak sengaja saya melihat sebuah menara air menjulang tinggi. Dengan asumsi di dekat menara air biasanya di bawahnya kemungkinan terletak kamar kecil, saya pun berjalan mendekati menara tersebut.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
“Hier Rust

Johanna Albertina

Van Affelen van Saemspoort

Geb. 28 September 1865

Overl. 9 Juny 1866”

Sebuah batu nisan berbentuk lempengan dari batu andesit tiba-tiba saja menarik perhatian saya. Nisan ini hanya tersisa tanpa ada makam di dekatnya.  Mirip sebuah prasasti yang disandarkan begitu saja di dinding berwarna oranye tua yang ada di bawah menara air tadi.

Melihat tulisan di prasasti kita bisa mengetahui bahwa yang dimakamkan adalah seorang bayi perempuan berusia sekitar sembilan bulan saja. Lantas dimana makamnya? Apakah pasar ini dulunya merupakan sebuak kompleks kuburan Belanda.  Rasaya perlu penyusuran lebih lanjut.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Informasi yang saya dapat kemudian mengungkapkan bahwa memang di  kawasan Pasa Bering Harjo ini dulunya merupkan kerkhof atau pemakaman Belanda.  Kemudian ketika pasar diperluas , pemakaman ini dipindah ke kerhof di sebelah timur kraton yang sebagian kini menjadi pemakaman Sasana Laya.   Sayang kapan dan bilanya tidak terdapat infomasi yang pasti.

Setidaknya pada perjalanan hari ini, saya telah bertemu dengan sebuah makam belanda yang kesepian di tengah ramainya  pasar Beringharjo.

foto-foto: dokumentasi prinadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun