“Welcome to Valley of Gangala”, demikian tertera pada pamflet yang terdapat di pintu gerbang yang sekaligus berfungsi sebagai cafe. Cave Cafe namanya. Maklum cafe ini memang terletak di sebuah mulut gua yang menurut sejarah telah berusia ribuan tahun. Lokasinya kira-kita 30 menit perjalanan bus di selatan Kota Naha, tepatnya di kawasan Tamagusuku yang termasuk daerah Nanjo, ujung selatan Pulau Okinawa.
Untuk masuk ke lembah Ganggala yang merupkan kawasan hutan lindung kita harus bergabung dengan pemandu
wisata. Bayarnya 2200 Yen per orang dewasa dan 1700 untuk anak-anak. Dan dengan mengikuti tur ini, kita akan dibawa ke tempat-tempat menarik dengan berjalan kaki dalam waktu sekitar 90 menit. Mengembara kembali ke masa lampau melihat kekayaan flora, fauna serta keindahan alam goa bawah tanah yang menawan.
Setelah sempat bersantai di Cave Cafe dan menikmati kopi Sango alias 35, perjalanan dimulai dengan menengok situs arkeologi. Sebuah makam manusia purba yang usianya telah ribuan tahun. Penggalian dii tempat ini ternyata menemukan bahwa tempat ini telah didiami oleh manusia purba yang dinamakan minatogawa pada masa sekitar 18 ribu tahun yang lalu.
Di samping ditunjukan rekaan gambar manusia purba ini, juga ditunjukan foto kerangka dan tulang-tulang yang diketemukan di sini. Selain tempat manusia purba, kita juga diajak untuk melihat pohon-pohon tua yang juga berusia ratusan tahun. Di antaranya sebuah pohon beringin dengan akar-akar yang lebat sehingga kita bisa bergelayutan bak tarzan.
Selain pohon beringin, ada juga beberapa rumpun bambu berukuran raksasa.
“Pohon bambu ini tumbuh dengan kecepatan yang sangat tinggi,” demikian penjelasan pemandu wisata yang bercerita bahwa dalam waktu beberapa bulan saja bambu ini sudah mencapai ketinggian beberapa meter.
Bukan cuma pepohonan, tetapi ada juga bermacam-macam fauna unik yang dijumpai. Salah satunya yang sempat diabadikan adalah sejenis laba-laba yang mempunyai kebiasaan bertengger di dedaunan. Namanya
Nanahoshi kinkamemushi dengan wana kuning keemasan berona hijau muda yang menawan. Terlihat sekumpulan laba-laba ini beraksi di sepucuk daun.
Jalan-jalan di tengah hutan terus berlanjut. Kali ini menyusuri Sungai Yuhii dengan aliran air yang jernih dan suaranya nan gemericik begitu merdu di telinga dengan embusan angin sepoi-sepoi. Konon dari sinilah nama Ganggala berasal yang berarti suara desiran batu kerikil yang jatuh dari atas bukit. Di kedua sisi sungai ini pepohonan yang rindang dan dinding-dinding karang dari batu kapur membuat kita merasa damai dan tenang.
Ada sebuah gua yang dinamakan
Inagu-do atau gua perempuan. Kita tidak masuk ke dalam gua ini, tetapi menurut pemandu di dalamnya ada stalaktit berbentuk pinggul dan dada perempuan. Itu sebabnya gua ini dinamakan
inagudo atau gua perempuan.
Terus menyusuri tepian Sungai Yuhii, kita akan sampai ke tempat semacam gua dengan langit-langit yang banyak dihiasai stalaktit. Ini adalah Ikagi-do atau gua lelaki karena dari langit-langit muncul sebuah stalaktif besar berbentuk bulat panjang yang konon bisa memberi kesuburan bagi yang menyentuhnya.
Walking tour di Valley of Gangala memang mengasyikan, bahkan di sini juga kita bisa melihat satu lagi pohon beringin dengan akar yang sangat lebat, saking lebatnya pohon ini bagaikan raksasa yang memberik keteduhan dan diberi nama
Ufushu Gajumaru. Menurut legenda lokal di Okinawa, di tempat seperti pohon beringin raksasa inilah bertempat tinggal roh-roh halus yang dalam bahasa Okinawa dinamakan
Kijimunaa.. Hii sereum juga yah!
Di tempat ini kita juga bisa naik ke atas pohon raksasa dengan tangga yang cukup nyaman dan melihat ke sebagian besar pemandangan lembah ganggala yang indah. Hutan sub tropis yang menyimpan sejarah masa lampau Kepulauan Okinawa.
Perjalanan di Valley of Ganggala harus berakhir. Namun petualangan lebih seru telah menanti di tempat wisata yang letaknya berdampingan yaitu Okinawa World. Semoga roh Kijimuna dan juga manusia purba Minatogawa dapat beristirahat dengan tenang.
foto-foto: dokumentasi pibadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya