Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tidak Ada China Town di Okinawa

28 Mei 2017   12:56 Diperbarui: 28 Mei 2017   14:39 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-7885-592a650f8723bd46118aac9a.png
img-7885-592a650f8723bd46118aac9a.png
Setelah menaiki  puluhan anak tangga , kita sampai di halaman istana Shurijo.   Pemandangan kota Naha mulai tampak di kejauhan. Disini terletak beberapa bangunan bersejarah di antaranya sebuah jam matahari atau sundial yang digunakan untuk menunjukan waktu dimasa lampau. Konon waktu yang ditunjukan adalah 30 menit lebih lambat dibandngkan standar waktu Jepang.  Sama seperti banguan-bangunan lain, jam matahari ini juga hancur sewaktu perang dan direkonstruksi lagi kemudian.

img-7892-592a6527537b61e633012ff8.png
img-7892-592a6527537b61e633012ff8.png
Banguan yang menarik lainnya adalah sebuah bangunan berbentuk pondok kecil bernama Tomoya.  Di dalamnya ada sebuah genta besar dari perungggu  yang dinamakan “The Bridge of Nations Bell”.  Genta ini juga ternyata merupakan restorasi dari genta asli yang dibuat pada tahun 1458.   Pada genta ini diukir tulisan yang kalau diterjemahkan  sebagai berikut  “The Kingdom of Ryūkyū is a splendid place in the South Seas, with close intimate relations with the Three Nations of China, Korea, and Japan, between which it is located, and which express much admiration for these islands. Journeying to various countries by ship, the Kingdom forms a bridge between all the nations, filling its land with the precious goods and products of foreign lands; in addition, the hearts of its people emulate the virtuous civilization of Japan and China”, demikian tertera pada papan informasi di dekat genta tersebut

img-7895-592a65701eafbded5e4a062e.png
img-7895-592a65701eafbded5e4a062e.png
Setelah membeli tiket seharga 820 Yen, kami tiba di halaman depan.    Terlihat sebuah istana megah berwarna merah tua yang sekilas merupakan perpaduan aristektur Cina dan Jepang.   Terbuat dari kayu dengan atap bersusun dua yang indah.,  walau hanya hasil rekonstruksi yang baru beruia belasan tahun, keindahan dan kemegahannya tetap menggetarkan siapa saja yang melihatnya.

img-7899-592a6582b79373624833a776.png
img-7899-592a6582b79373624833a776.png
Kita akan terkagum-kagum dengan lantai kayunya yang mengkilap, karenanya semua alas kaki harus dilepas.  Selain itu bagi penyandang disabilitas dan lansia juga sangat nyaman berkunjung kesini, karena selain tangga disediakan juga lift khusus,  Di dalamnya  ada puluhan ruangan yang dapat kita saksikan, namun yang tidak boleh dilewatkan adalah singgasana raja-raja Ryukyu yang tampak sangat megah dan indah dengan empat karakter kanji  yang kalau dibaca dari kiri ke kanan berbunyi  Zhong Shan Shi Tu atau Chu Shan Yodo  Yang artinya Dunia Tanah Chu Shan yang merupakan nama negri Ryukyu ini.

img-7928-592a659aba22bd70687ea07f.png
img-7928-592a659aba22bd70687ea07f.png
Juga terdapat replika istana dan halamannya ketika diadakan upacara besar dengan sang raja dan ribuan prajurit yang berbaris rapi bersimpuh di halaman. Mirip dengan yang sering dilihat di film-film Mandarin dengan suasana di Istana Telarang di Beijing.  Pengaruh negri Cina memang sangat besar di Kerajaan Ryukyu karena menurut sejarah kerajaan ini walaupun merdeka selalu membayar upeti kepada Tiongkok.  

img-7939-592a65d7d57a619e0b600889.png
img-7939-592a65d7d57a619e0b600889.png
Menilik sejarahnya, kepulauan Ryukus yang sekarang berubah nama menjadi Okinawa memang sangat dipengaruhi oleh budaya Cina. Bahkan di Shurijo Castle dan juga di banyak bangunan penting dan bersejarah di Okinawa, banyak dijumpai singa batu yang menjaga pintu ataupun bertengger di atap bangunan yang dinamakan Shisa.  Binatang legendaris yang menjadi salah sati ciri khas negri Okinawa yang dulunya bernama Kerajaan Ryukyu.

Dan di kumpulan sticker yang saya dapat di Shurijo ini juga terdapat gambar shisa. Shisa yang menjadi salah satu penanda pengaruh bidaya Cina di Okinawa.   Tetapi, tidak  seperti di kota-kota besar lain di Jepang,  di Okinawa sama sekali tidak ada China Town.  Konon karena imigran dari  Cina sudah terintegrasi di seantero kepulauan  dengan penduduk asli Okinawa  , tentunya berbeda dengan turis cina yang dijumpai di gerbong monorel tadi!.

foto-foto: dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun