Langit kota Naha di Sabtu pagi itu berawan dan hujan sesekali membasahi bumi, karenanya sebelum memulai jalan-jalan, kami sempat meminjam payung berwana merah tua di lobby hotel. Tinggal ambil saja dan jangan lupa dikembalikan di sore nanti.
img-8680-592a63f88723bd61108aac9a.png
Dari stasiun monorail Tsubogawa, kereta melesat ke arah timur menuju stasiun terakhir di Shuri, lancar dan tanpa hambatan. Dan sebagaimana umumnya di kota-kota di Jepang, naik angkutan umum terasa nyaman dengan orang-orang yang lebih banyak berdiam diri sambil membaca buku atau bermain gadjet.
Namun selepas stasiun Omoromachi, naik sermbongan turis dari Cina, jumlahnya cukup banyak lebih dari 10 orang. Sekilas , tidak ada perbedaan dengan penduduk Naha yang orang Jepang, namun ketika mereka mulai berbicara maka gerbong monorail pun menjadi sedikit berisik. Dan kebrisikan ini terus harus dinikmati sampai stasiun terakhir di Shuri karena tujuan rombongan turis ini memang sama , yaitu Shurijo atau Shuri Castle , yang pernah menjadi pusat kerajaan Ryukyo selama hampir 4 abad sebelum dianeksasi oleh Jepang.
img-7847-592a64161eafbd68544a062e.png
Dari stasiun monorail, cukup banyak peta dan petunjuk jalan menuju Shurijo. Dan ternyata lumayan jauh untuk berjalan kaki, masih sekitar 1 kilometer. Walaupun banyak taksi yang berderet antri, namun kami memilih untuk berjalan saja. Lumayan menghemat sambil berolahraga dan sekalian melihat lebih dekat kehidupan di pinggiran kota Naha ini.
Sebuah papan informasi dalam ukuran lumayan besar menceritakan tentang sejarah singkat Istana kerajaan Ryukyu ini. Dikisahkan bahwa Istana ini terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian dalam dan bagian luar yang dipisahkan dengan tembok. Bagian dalam istana selesai dibangun pada awal abad ke 15 sedang kawasan luar baru selesai pada pertengahan abad ke 16. Keseluruhan komplekas istana menghadap ke barat dengan bangunan-bangunan utama bernama Seiden , Nanden , dan Hokaden dibangun sepanjang sumbu timur-barat yang menjadi ciri khas Shurijo Catle ini.
img-7848-592a643d8723bd0a118aac9a.png
Dikisahkan juga bahwa raja Ryukyu terakhir dikucilkan pada musim semi 1879 ketika
Okinawa dianeksasi oleh jepang dan dibentuklah Okinawa Prefecture. Dengan demikian tamatlah riwayat Kerajaan Ryukyu, Pada 1945, di akhir perang dunia kedua. Istana ini hancur lebur dalam peperangan sengit yang terkenal dengan nama “
The Battle of Okinawa”. Sempat menjadi lokasi kampus “Unversitas Ryukyu” akhirnya kompleks istana ini direstorasi dan kemudian didaftarkan sebagai warisan dunia sejak Desember 2000.
img-7851-592a64588e7e61e8558f5083.png
Sambil berjalan perlahan, mentari kian meninggi dan langit kota Naha berubah menjadi sangat cerah dengan dihiasi awan putih yang tipis berarak. Di tepi jalan kami sempat mampir dan mencicipi es krim khas Okinawa, dan rasa yang favorit adalah beni imo , berwarna ungu dengan rasa ubi khas Okinawa.
img-7857-592a6474d592733009fca6c9.png
Setelah belok kiri perjalanan menuju istana yang ada diatas bukit mulai sedikit menanjak. Di sebelah kiri ada sebuah gedung tua yang dulunya merupakan “
Kaizuribugyousho” atau diterjemahkan sebagai
“Mother of Pearl Magistrate Office”. Semasa Kerajaan Ryukyu kantor ini berfungsi sebagai pengawas produksi barang-barang “
Lacquerware” , yaitu produk yang berpernis mengkilap dalam berbagai bentuk kerajinan. Produk ini biasanya diberikan sebagai hadiah kepada utusan dari Tiongkok. Maklum pada saat itu Kerajaan Ryukyus memiliki hubungan sangat erat dengan Tiongkok semasa Dinasti Ming dan Ching. Kantor ini juga berfungsi sebagai pusat pelatihan para pengrajin barang kerajinan tadi.
img-7864-592a64a6d57a612a1160088b.png
Di sebelah kanan jalan, berdiri megah sebuah bangunan tua yang ternyata sekarang menjadi “Okinawa Prefectural University of Arts” . Sedangkan tidak jauh di depannya terdapat pintu gerbang sebuah kuil yang bernama Enkakuji Temple. Sayangnya yang tersisa sekarang hanyalah reruntuhannya karena kuil ini hancur rata dengan tanah pada saat PD II. Hanya ada beberapa bagian yang kemudian sempat direkontruksi termasuk pintu gerbang dan jembatan hojo kyo yang merupakan salah satu contoh keindahan seni ukir batu dari Ryukyu.
img-7865-592a64c0d592733409fca6cd.png
Perjalanan terus menanjak hingga tiba di pintu gerbang KanKaimon . Sebuah pohon tua raksasa bernama Akagi menjadi saksi sejarah pilu perang di Okinawa. Pohon ini dulunya sangat lebat dan cabang-cabangnya saja mempunyai diameter sekitar satu meter sehingga demikian rimbunya. Namun akibat perang pohon ini pun mati dan hanya tinggal batang utamanya saja. Sekarang dedaunan dari pohon jenis Akou mulai merambat di pohon ini.
img-7874-592a64ebd592734809fca6c9.png
Memasuki pintu gerbang Kankaimon, kita harus menaiki puluhan anak tangga lagi untuk kemudian sampai di halaman istana. Sebelumnya juga terdapat sebuah pintu gerbang yang sangat bersejarah yang bernama
“Sonohyan-utaki Ishimon” atau “
Stone Gate of Sonohyan Shrine”. Bangunan ini , serta kawasan di sekitarnya juga telah dimasukan daam warisan dunia Unesco pada Desember 2000.
img-7885-592a650f8723bd46118aac9a.png
Setelah menaiki puluhan anak tangga , kita sampai di halaman istana Shurijo. Pemandangan kota Naha mulai tampak di kejauhan. Disini terletak beberapa bangunan bersejarah di antaranya sebuah jam matahari atau sundial yang digunakan untuk menunjukan waktu dimasa lampau. Konon waktu yang ditunjukan adalah 30 menit lebih lambat dibandngkan standar waktu Jepang. Sama seperti banguan-bangunan lain, jam matahari ini juga hancur sewaktu perang dan direkonstruksi lagi kemudian.
img-7892-592a6527537b61e633012ff8.png
Banguan yang menarik lainnya adalah sebuah bangunan berbentuk pondok kecil bernama Tomoya. Di dalamnya ada sebuah genta besar dari perungggu yang dinamakan
“The Bridge of Nations Bell”. Genta ini juga ternyata merupakan restorasi dari genta asli yang dibuat pada tahun 1458. Pada genta ini diukir tulisan yang kalau diterjemahkan sebagai berikut “
The Kingdom of Ryūkyū is a splendid place in the South Seas, with close intimate relations with the Three Nations of China, Korea, and Japan, between which it is located, and which express much admiration for these islands. Journeying to various countries by ship, the Kingdom forms a bridge between all the nations, filling its land with the precious goods and products of foreign lands; in addition, the hearts of its people emulate the virtuous civilization of Japan and China”, demikian tertera pada papan informasi di dekat genta tersebut
img-7895-592a65701eafbded5e4a062e.png
Setelah membeli tiket seharga 820 Yen, kami tiba di halaman depan. Terlihat sebuah istana megah berwarna merah tua yang sekilas merupakan perpaduan aristektur Cina dan Jepang. Terbuat dari kayu dengan atap bersusun dua yang indah., walau hanya hasil rekonstruksi yang baru beruia belasan tahun, keindahan dan kemegahannya tetap menggetarkan siapa saja yang melihatnya.
img-7899-592a6582b79373624833a776.png
Kita akan terkagum-kagum dengan lantai kayunya yang mengkilap, karenanya semua alas kaki harus dilepas. Selain itu bagi penyandang disabilitas dan lansia juga sangat nyaman berkunjung kesini, karena selain tangga disediakan juga lift khusus, Di dalamnya ada puluhan ruangan yang dapat kita saksikan, namun yang tidak boleh dilewatkan adalah singgasana raja-raja Ryukyu yang tampak sangat megah dan indah dengan empat karakter kanji yang kalau dibaca dari kiri ke kanan berbunyi
Zhong Shan Shi Tu atau
Chu Shan Yodo Yang artinya Dunia Tanah Chu Shan yang merupakan nama negri Ryukyu ini.
img-7928-592a659aba22bd70687ea07f.png
Juga terdapat replika istana dan halamannya ketika diadakan upacara besar dengan sang raja dan ribuan prajurit yang berbaris rapi bersimpuh di halaman. Mirip dengan yang sering dilihat di film-film Mandarin dengan suasana di Istana Telarang di Beijing. Pengaruh negri Cina memang sangat besar di Kerajaan Ryukyu karena menurut sejarah kerajaan ini walaupun merdeka selalu membayar upeti kepada Tiongkok.
img-7939-592a65d7d57a619e0b600889.png
Menilik sejarahnya, kepulauan Ryukus yang sekarang berubah nama menjadi Okinawa memang sangat dipengaruhi oleh budaya Cina. Bahkan di Shurijo Castle dan juga di banyak bangunan penting dan bersejarah di Okinawa, banyak dijumpai singa batu yang menjaga pintu ataupun bertengger di atap bangunan yang dinamakan Shisa. Binatang legendaris yang menjadi salah sati ciri khas negri Okinawa yang dulunya bernama Kerajaan Ryukyu.
Dan di kumpulan sticker yang saya dapat di Shurijo ini juga terdapat gambar shisa. Shisa yang menjadi salah satu penanda pengaruh bidaya Cina di Okinawa. Tetapi, tidak seperti di kota-kota besar lain di Jepang, di Okinawa sama sekali tidak ada China Town. Konon karena imigran dari Cina sudah terintegrasi di seantero kepulauan dengan penduduk asli Okinawa , tentunya berbeda dengan turis cina yang dijumpai di gerbong monorel tadi!.
foto-foto: dokumentasi pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya