Tokyo.. ibu kota negeri matahari terbit memang selalu menarik untuk dikunjungi. Kali ini panggilan jiwa membawa saya ke salah satu stasiun kereta api paling ramai di kota yang dulu bernama Edo ini, yaitu stasiun
Shibuya. Dari tempat menginap di kawasan dekat stasiun Hatagaya, cukup naik metro New Keio Line menuju stasiun paling besar dan ramai di seantero Tokyo dan Jepang yaitu Shinjuku. Di sini saya berganti kereta JR Yamamote Line yang melingkar menuju arah Yoyogi, Akihabara dan Shibuya.
Sesampainya di stasiun Shibuya, secara tidak sengaja saya menemukan petunjuk arah menuju
Hachiko exit. Berjalan santai di tengah keramaian mengikuti petunjuk dan kemudian turun melalui eskalator , akhirnya sampailah diri ini di luar stasiun.
Sebuah plaza yang luas terhampar persis di muka pintu keluar stasiun. Ramainya luar biasa, maklum saat itu Sabtu pagi sekitar pukul 11. Para remaja, orang tua, wisatawan bercampur baur di tempat ini. Sebuah patung anjing bernama Hachiko menjadi daya tarik utama. Dan kali Hachiko juga tampak sedang berdandan, ia di beri pakaian warna cerah kombinasi merah dan kuning.
Di dekatnya, ada patung sekelompok anak laki-laki yang tampak manis dan lucu. Juga terkesan lebih keren karena diberi pakaian warna biru keabu-abuan. Orang-orang antri untuk bergaya di dekat patung Hachiko. Suasana tampak riang gembira. Dan musik di panggung juga memainkan lagu- lagu yang berjiwa muda. Singkatnya Tokyo di pagi akhir Oktober tetap hangat dan menyegarkan.
Di dekat pintu stasiun tertulis Hachiko Entrance, dan pada dinding di dekatnya terdapat mozaik berwarna hijau dengan hiasan beberapa ekor anjing kecil dalam posisi yang lucu. Di kawasan ini Hachiko memang menjadi bintangnya .
Langit kota Tokyo juga sangat cerah walaupun suhu di gadjet menunjukan 14 derajat Celsius. Suasana bertambah hangat dengan adanya sebuah gerbong kereta yang dihias dengan warna ceriah. Kuning dan lembut bagai beludru. "
Shibuya City Tourism Association Open 10-18" demikian tertulis pada pintu gerbong yang ternyata bernama Pom Pom Train.
Di dalam gerbong suasana lebih ceriah lagi karena dihias seluruhnya dengan warna kuning dan bertebaran boneka-boneka yang cantik dan menggemaskan. Remaja putri dan bahkan emak-emak pun silih berganti bergaya bersama boneka-boneka lucu itu.
Lalu siapa kah anjing Hachiko yang terkenal itu? Pertanyaan ini baru terjawab ketika saya berziarah ke makamnya di Aoyama Cemetery tidak terlalu jauh dari Shibuya. Dengan naik metro Ginza line menuju Gaien-mae. Hanya perlu waktu sekitar 5 menit dengan dua perhentian. Dari sini, cukup berjalan kaki santai melalui jalan yang sepi, melewati kantor pemadam kebakaran dan toko-toko yang menjual batu nisan.
“
Aoyama Cemetery: Historical Forest of Lush Vegetation”, demikian tertera pada papan pengumuman yang ada di depan kantor pemakaman umum paling tua di Tokyo ini. Di sini juga tertulis sejarah singkat pemakaman yang memiliki luas 26 ribu meter persegi dan berisi sekitar 40 ribu makam serta menjadi tempat peristirahatan terakhir lebih dari 120 ribu jiwa yang sudah mendahului kita.
Disebutkan bahwa sejarah pemakaman ini sudah lebih dari 130 tahun dan merupakan pemakaman umum pertama di Tokyo. Pada masa sebelumnya pemakaman biasanya dikelola oleh kuil Shinto dan baru pada masa Meiji inilah dibuka pemakaman umum di Aoyama.
Sebuah denah makam pun tersedia dan dengan jelas telihat makam beberapa orang penting dalam sejarah Jepang seperti Toshimichi Okubo, Maresuke Nogi dan Yosifuru Akiyama..Menariknya ada juga sepetak tanah yang diperuntukan bagi
“foreigner cemetery”, dan gambar seekor anjing bertuliskan “
Hachi”. Rupanya disitulah tempat makam dan monumen untuk Hachiko.
Saya segera berjalan dan secara kebetulan menemuan makam Toshimichi Okubo. Di depannya ada sebuah prasasti yang menceritakan secara singkat riwayat hidup tokoh yang dilahirkan pada 1830 dan meninggal karena dibunuh pada 1878. Okubo mempunyai peran yang cukup penting pada restorasi Meiji yang membawa Jepang dari ketertutupan menjadi negri yang terbuka dan maju pesat setelah itu.
Berbagai bentuk makam yang cantik , unik dan khas ditemukan di Aoyamma Reien atau Aoyama Cemetery . Ada yang tampak megah dengan tugu berbentuk Obelisk yang tinggi. Ada yang berbentuk bulat besar bagaikan gasing. Dan sebagian besar memang berbentuk tugu kecil yang merupakan model makam-makam Jepang.
Dari makam Okubo, saya mulain menyusuri satu persatu makam sesuai peta untuk mencari makam Hachiko.Namun setelah cukup lama mencari, tetap juga tidak ditemukan. Seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan terlihat sekitar 10 meter di depan saya sedang berjalan di antara makam. Saya segera mendekatinya.
“
Sumimasen” Where is Hachiko? Tanya saya sambil menunjukkan foto denah yang ada di gadget. Wanita itu sedikit terkejut, lalu mulai bicara banyak dalam bahasa Jepang yang saya tidak mengerti. Dia hanya bilang bahwa Hachiko ada di Shibuya. Lalu dijelaskan bahwa bukan patung Hachiko yang saya cari melainkan monumen ataupun makamnya yang ada di Aoyama ini,
Sambil berjalan beriringan kami mencari makam Hachiko. Sekitar 10 menit berlalu, belum juga diketemukan. Akhirnya saya meminta maaf sekaligus ijin untuk melihat makam-makam di tempat lain. Melalui jalan yang dinaungi pohon-pohon cherry tanpa daun saya menyusuri makam-makam di sini. Maklum musim gugur sudah membayang di akhir Oktober. Tujuan kali ini adalah bagian makam orang asing.
"
In Memoriam, Laid to rest here in the Foreign Section of Aoyama Cemetery are men and women who came to Japan on the 19th and early 20th Centaurus . Many of them played leading rules and contributed greatly to the modernization of Japan. We have erected this monument to commemorate their achievements and ensure their memory is passed on to posterity”, demikian tertulisn pada sebuah prasasti dalam Bahasa Jepang dan Inggris.
Di sini ada banyak makam dengan nama-nama asing baik dari mereka yang terlbat dalam kegiatan missionaris maupu peran lain dalam sejarah Jepang. Ada yang berbentuk obelisk dan sebagian berhiaskan salib. Namun yang menarik adalah bertenggernya beberapa ekor burung gagak hitam yang terus bersuara melambangkan kematian. Suasananya agak sedikit menyeramkan, apalagi sangat sedikit orang yang lalu lalang di Sabtu siang tengah hari waktu Tokyo ini.
Puas menikmati keindahan berbagai bentuk pusara di bagian orang asing saya terus berjalan dan rasa penasaran membawa kaki menuju ke tempat dimana saya mencari makam Hachiko. Dari kejauhan , saya melihat wanita yang sama melambaikan tangannya memanggil -manggil.
“I found Hachiko”, barangkali itulah terjemahan bahasa iInggrisnya ketika dia berteriak senang dalam Bahasa Jepang. Saya setengah berlari mengikutinya menuju ke bagian satu blok dari tempat yang tadi telah beberapa kali dilewati. Di sebuah sudut dia menunjukan makam Hachiko .
Bentuknya sederhana. Sebuah tugu kecil bertuliskan gabungan huruf Kanji dan Hiragana lengkap dengan sebuah kuil kecil ada di sudut makam. Disekitarnya ada beberapa kuntum bunga dan juga boneka anjing kecil.
“Inu Ha Chi Ko No“, demikian wanita itu membacakan sebagian dari tulisan pada tugu kecil itu. Inu sendiri dalam bahasa Jepang berarti anjing. Dan wanita itu kemudian bercerita bahwa Hachiko merupakan anjing jenis Akita yang berasal dari pegunungan di bagian utara Jepang.
Dari kisah in barulah saya tahu bahwa Hachiko mendapat tempat yang terhormat di Aoyama Cemetery karena sangat terkenal di Jepang sebagai hewan yang sangat setia. Menurut cerita, Hachicko adalah hewan kesayangan Professor Hidesaburo Ueno yang mengajar di Universitas Tokyo.
Setiap hari Hachicko menanti tuannya pulang mengajar dengan naik kereta di depan stasiun Shibuya sampai pada suatu hari di bulan Mei 1925 Prof Ueno tidak pernah kembali karena meninggal mendadak karena pendarahan otak. Setelah itu selama lebih dari sembilan tahun Hachiko dengan setia menanti tuannya di depan stasiun Shibuya sampai dia sendiri meninggal pada 1935.
Karena kesetiaannya, orang-orang membuat patungnya pada tahun 1934 di depan stasiun Shibuya. Ketika itu Hachiko masih hidup untuk menyaksikan peresmian patung nya, Setelah sang anjing setia wafat, jasadnya dikremasi dan abunya dimakamkan disamping makam sang profesor di Aoyama Cemetery.
Dalam perjalanan di dunia orang mati di Aoyama Reiein, ternyata kita bisa menemukan kisah menakjubkan tentang kesetiaan Hachiko yang kemudian diabadikan untuk dikenang siapa saja yang berziarah dan kemudian tersihir oleh kesunyian dan keindahan Aoyama Cemetery , di Minato , Tokyo.
Tokyo, Akhir Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya