Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kesetiaan Hachiko di Aoyama Cemetery

24 Oktober 2016   23:03 Diperbarui: 25 Oktober 2016   08:27 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tokyo..  ibu kota negeri matahari terbit memang selalu menarik untuk dikunjungi.  Kali ini panggilan jiwa membawa saya ke salah satu stasiun kereta api paling ramai di kota yang dulu bernama Edo ini, yaitu stasiun Shibuya. Dari tempat menginap di kawasan dekat stasiun Hatagaya, cukup naik metro New Keio Line menuju stasiun paling besar dan ramai di seantero Tokyo dan Jepang yaitu Shinjuku. Di sini saya berganti kereta JR Yamamote Line yang melingkar menuju arah Yoyogi, Akihabara dan Shibuya.  

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sesampainya di stasiun Shibuya, secara tidak sengaja saya menemukan petunjuk arah menuju Hachiko exit. Berjalan santai di tengah keramaian mengikuti petunjuk dan kemudian turun melalui eskalator , akhirnya sampailah diri ini di luar stasiun.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebuah plaza yang luas terhampar persis di muka pintu keluar stasiun. Ramainya luar biasa, maklum saat itu Sabtu pagi sekitar pukul 11. Para remaja, orang tua, wisatawan bercampur baur di tempat ini. Sebuah patung anjing bernama Hachiko menjadi daya tarik utama. Dan kali Hachiko juga tampak sedang berdandan, ia di beri pakaian warna cerah kombinasi merah dan kuning.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di dekatnya, ada patung sekelompok anak laki-laki yang tampak manis dan lucu. Juga terkesan lebih keren karena diberi pakaian warna biru keabu-abuan. Orang-orang antri untuk bergaya di dekat patung Hachiko. Suasana tampak riang gembira. Dan musik di panggung juga memainkan lagu- lagu yang  berjiwa muda. Singkatnya Tokyo di pagi akhir Oktober tetap hangat dan menyegarkan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di dekat pintu stasiun tertulis Hachiko Entrance, dan pada dinding di dekatnya terdapat mozaik berwarna hijau dengan hiasan beberapa ekor anjing kecil dalam posisi yang lucu. Di kawasan ini Hachiko memang menjadi bintangnya .

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Langit kota Tokyo juga sangat cerah walaupun suhu di gadjet menunjukan 14 derajat Celsius. Suasana bertambah hangat dengan adanya sebuah gerbong kereta yang dihias dengan warna ceriah. Kuning dan lembut bagai beludru. "Shibuya  City Tourism Association Open 10-18" demikian tertulis pada pintu gerbong yang ternyata bernama Pom Pom Train. 

Di dalam gerbong suasana lebih ceriah lagi karena dihias seluruhnya dengan warna kuning dan bertebaran boneka-boneka yang cantik dan menggemaskan.  Remaja putri dan bahkan emak-emak pun silih berganti  bergaya bersama boneka-boneka lucu itu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Lalu siapa kah anjing Hachiko yang terkenal itu? Pertanyaan ini baru terjawab ketika saya berziarah ke makamnya di Aoyama Cemetery tidak terlalu jauh  dari Shibuya. Dengan naik metro Ginza line menuju Gaien-mae. Hanya perlu waktu sekitar 5 menit dengan dua perhentian. Dari sini, cukup berjalan kaki santai melalui jalan yang sepi, melewati kantor pemadam kebakaran dan toko-toko yang menjual batu nisan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Aoyama Cemetery: Historical Forest of Lush Vegetation”, demikian tertera pada papan pengumuman yang ada di depan kantor pemakaman umum paling tua di Tokyo ini.  Di sini juga tertulis sejarah singkat pemakaman yang memiliki luas 26 ribu meter persegi dan berisi sekitar 40 ribu makam serta menjadi tempat peristirahatan terakhir lebih dari 120 ribu jiwa yang sudah mendahului kita. 

Disebutkan bahwa sejarah pemakaman ini sudah lebih dari 130 tahun dan merupakan pemakaman umum pertama di Tokyo. Pada masa sebelumnya pemakaman biasanya dikelola oleh kuil Shinto dan baru pada masa Meiji inilah dibuka pemakaman umum  di Aoyama.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebuah denah makam pun tersedia dan dengan jelas telihat makam beberapa  orang penting dalam sejarah Jepang seperti Toshimichi Okubo, Maresuke Nogi dan Yosifuru Akiyama..Menariknya ada juga sepetak tanah yang diperuntukan bagi “foreigner cemetery”, dan gambar seekor anjing bertuliskan “Hachi”. Rupanya disitulah tempat makam dan monumen untuk Hachiko.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Saya segera berjalan dan secara kebetulan menemuan makam Toshimichi Okubo. Di depannya ada sebuah prasasti yang menceritakan secara singkat riwayat hidup tokoh yang dilahirkan pada 1830 dan meninggal karena dibunuh  pada 1878.   Okubo mempunyai peran yang cukup penting pada restorasi  Meiji yang membawa Jepang dari ketertutupan menjadi negri yang terbuka dan maju pesat setelah itu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Berbagai bentuk makam yang cantik , unik dan khas ditemukan di Aoyamma  Reien atau Aoyama Cemetery . Ada yang tampak megah dengan tugu berbentuk Obelisk  yang tinggi. Ada yang berbentuk bulat besar bagaikan gasing. Dan sebagian  besar memang berbentuk tugu kecil yang merupakan model makam-makam Jepang.   

Dari makam Okubo, saya mulain menyusuri satu persatu makam sesuai peta untuk mencari makam Hachiko.Namun setelah cukup  lama mencari, tetap juga  tidak ditemukan.  Seorang wanita berusia  sekitar 40 tahunan terlihat sekitar 10 meter di depan saya sedang berjalan di antara makam. Saya segera mendekatinya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sumimasen”  Where is Hachiko?  Tanya saya sambil menunjukkan foto denah yang ada di gadget. Wanita itu sedikit terkejut, lalu mulai bicara banyak dalam bahasa Jepang yang saya tidak mengerti. Dia hanya bilang bahwa Hachiko ada di Shibuya. Lalu dijelaskan bahwa bukan patung Hachiko yang saya cari melainkan monumen ataupun makamnya yang ada di Aoyama ini,

Sambil berjalan beriringan kami mencari makam Hachiko. Sekitar 10 menit  berlalu, belum juga diketemukan. Akhirnya saya meminta maaf sekaligus ijin untuk melihat  makam-makam di tempat lain. Melalui jalan yang dinaungi pohon-pohon cherry tanpa daun saya menyusuri makam-makam di sini. Maklum musim gugur sudah membayang di akhir Oktober. Tujuan kali ini adalah bagian makam orang asing.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
"In Memoriam, Laid to rest here in the Foreign Section of Aoyama Cemetery are  men and women who came to Japan on the 19th and early 20th Centaurus . Many of them played leading rules  and contributed greatly to the modernization of Japan.  We have erected this monument to commemorate their achievements  and ensure their memory is passed on to posterity”, demikian tertulisn pada sebuah prasasti dalam Bahasa Jepang dan Inggris.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di sini ada banyak makam dengan nama-nama asing baik dari mereka yang terlbat dalam kegiatan missionaris maupu peran lain dalam sejarah Jepang. Ada yang berbentuk obelisk dan sebagian berhiaskan salib. Namun yang menarik adalah bertenggernya beberapa  ekor burung gagak hitam yang terus  bersuara melambangkan kematian. Suasananya agak  sedikit menyeramkan, apalagi sangat sedikit orang yang lalu lalang di Sabtu  siang tengah hari waktu Tokyo ini.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 Puas menikmati keindahan berbagai bentuk pusara di bagian orang asing saya terus berjalan dan rasa penasaran membawa kaki menuju ke tempat dimana  saya mencari makam Hachiko.  Dari kejauhan , saya melihat wanita yang sama melambaikan tangannya memanggil -manggil.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
“I found Hachiko”, barangkali itulah terjemahan bahasa iInggrisnya ketika dia berteriak senang dalam Bahasa Jepang. Saya setengah berlari mengikutinya menuju ke bagian satu  blok dari tempat yang tadi telah beberapa kali  dilewati. Di sebuah sudut dia menunjukan makam Hachiko .

Bentuknya sederhana. Sebuah tugu kecil bertuliskan gabungan huruf Kanji dan Hiragana lengkap dengan sebuah kuil  kecil ada di sudut makam. Disekitarnya ada beberapa kuntum bunga dan juga boneka anjing kecil.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
“Inu Ha Chi Ko No“, demikian wanita itu membacakan sebagian dari tulisan pada tugu kecil itu. Inu sendiri dalam bahasa Jepang berarti anjing.  Dan wanita itu kemudian bercerita  bahwa Hachiko merupakan anjing jenis Akita yang berasal dari pegunungan  di bagian utara Jepang.  

Dari kisah in barulah saya tahu bahwa Hachiko mendapat tempat yang  terhormat di Aoyama Cemetery karena sangat terkenal di Jepang sebagai hewan  yang sangat setia. Menurut cerita, Hachicko adalah hewan kesayangan Professor Hidesaburo Ueno yang mengajar di Universitas Tokyo.  

Setiap hari Hachicko menanti tuannya pulang mengajar dengan naik kereta di depan stasiun Shibuya sampai pada suatu hari di bulan Mei 1925 Prof Ueno  tidak pernah kembali karena meninggal mendadak karena pendarahan otak. Setelah itu selama lebih dari sembilan tahun Hachiko dengan setia menanti  tuannya di depan stasiun Shibuya sampai dia sendiri meninggal pada 1935.

Karena kesetiaannya, orang-orang membuat patungnya pada tahun 1934 di depan stasiun Shibuya. Ketika itu Hachiko masih hidup untuk menyaksikan peresmian patung nya, Setelah sang anjing setia wafat, jasadnya dikremasi dan abunya dimakamkan disamping makam sang profesor di Aoyama Cemetery.

Dalam perjalanan di dunia orang mati di Aoyama Reiein, ternyata kita bisa menemukan kisah menakjubkan tentang kesetiaan Hachiko yang kemudian diabadikan untuk dikenang  siapa saja yang berziarah dan kemudian tersihir oleh kesunyian dan keindahan  Aoyama Cemetery , di Minato , Tokyo.  

 

Tokyo, Akhir Oktober 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun