“Bagiku adalah kenangan atas sebuah nama yang begitu samar dalamingatan. Itu karena pertemuan kita sangat sangatlah sedikit. Dan sejak meninggalkan kampus dalam rentang waktu yangbegitu panjang, kita tak pernah berjumpa. Namun aku kadang masih mendengartentang kamu. Menempuh perjalanan panjang yang kau pilih dengan segenap sukadan duanya . Disitulah aku melihat dengan mata hatiku ... Kamu adalah seorangpenejlajah yang tangguh. Semula aku ragu melihat penampilanmu yag nampakringkih. Tetapi ahirnya aku mengerti kalau kau menyimpan bekal yang hebat yangmenemani perjalananmu. Menurutku bekal itu adalah kesederhanaan. Sesuatu yanglangka di tengah gelombang hedonisme yang melanda. Dan dengan bekal itu kaumampu menjalani kehidupan dengan keihkhlasan, sesuatu yang tidak mudah untukdicapai. Kini... satu fase perjalananmu telah usai. Dan perjalanan berikutnya segeradimulai. Kuiringi kepergianmu dengan doa semoga bekalmu selama ini akan berbuahberlipatganda dan cukup untuk mengantarmu kembali kepadaNya. Selamat jalan...Kenangan yang sangat sedikit itu sangat berarti bagiku.
Allahuma firlahu warhamhu waafihi wafuanhu...
Dariku, orang yang pasti tak kau kenal.....
Bambang Gunawan
Demikian salah satu kenangan yang ditulis di media sosial.
Dan ketika meninggalkan gedung FKUI, di pintu utama berderet karangan bunga yang mengucakpkan “Turut Berduka Cita” atas meninggalnya ProfSantoso Cornain dari berbagai instansi . Namun, yang menarik adalah masih di tempat yang sama juga berderetkarangan bunga bertuliskan “Selamat Sukses” atas pelantikan Doktor .