Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ziarah ke Makam Tiga Hari di Lubang Buaya

18 Juni 2016   09:17 Diperbarui: 18 Juni 2016   10:25 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-4679-5764ae935a7b61800d03febd.png
img-4679-5764ae935a7b61800d03febd.png
Setelah puas berkunjung ke pameran di taman terbuka, perjalanan di Lubang Biaya dilanjutkan dengan mampir ke Museum Pengkhianatan PKI (Komunis). Sebuah gedung berlantai dua yang tampak megah, namun nuansanya dingin dan menyeramkan.  Tiga buah mozaik foto menyambut di beranda. 

Ketiga foto itu bernuansa muram dan seram yang menggambarkan episode kelam dalam sejarah bangsa ini setelah merdeka.  Mozaik foto yang pertama adalah peristiwa Madiun pada 1948, kemudian yang kedua menggambarkan situasi penggalian  jenazah pada 4 Oktober 1965 dan yang terakhir suasana pengadilan gembong PKI oleh Mahkamah  Militer Luar Biasa.

img-4686-5764aeb4f67e612a048b4578.png
img-4686-5764aeb4f67e612a048b4578.png
Isi museum ini berupa  34 diorama yang menceritakan rentetan peristiwa tentang pemberontakan PKI sejak Peristiwa Tiga Daerah 4 november 1945 hingga Tertembakmatinya S.A, Sofyan pada 12 Januari 1974. Selain itu ada juga pameran unik dimana perangko seri bergambar Presiden Soekarno tahun 1964 di ketik ulang dengan tambahan Rakjat sehingga kata-kata Republik Indonesia menjadi Republik Rakjat Indonesia. Konon perangko ini dipersiapkan oleh PKI untuk menyambut kemenangan yang tidak pernah terjadi.

img-4690-5764aed3347b61fa06fde741.png
img-4690-5764aed3347b61fa06fde741.png
Setelah itu, kita berjalan menuju gedung sebelahnya yang dinamakan Paseban. Gedung tambahan yang diresmikan pada  1981 ini berisi 16  diorama yang lebih berfokus pada peristiwa 30 September 1965 dan kejadian sesudahnya. 

Selain itu juga terdapat ruang teater, perpustakaan dan ruang foto dan ruang relik berisi pakaian bekas darah yang secara gamblang menggamabrkan kekejaman yang terjadi kepada para pahlwan revolusi. Dan mengakhiri kunjungan di muesum ini kita dapatt menyaksikan sebuah panser yang pernah digunakan untuk mengangkut jenazah korban kebiadaban PKI  dari Lubang Buaya ke RS Gatot Subroto untuk mendapatkan visum et repertum.

Dalam perjalanan kembali menuju Pinang Ranti saya termenung. Kita memang tidak boleh melupakan sejarah, sejarah kekejaman sesama anak bangsa . Dan konon sejarah itu terus menghantui negri ini bahkan setelah lebih dari 50 tahun kemudian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun