Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Chiang Kai Shek: Penantian Abadi di Cihu Mausoleum

8 April 2016   23:23 Diperbarui: 9 April 2016   11:20 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung kemudian berjalan di koridor dimana di tengahnya terdapat taman.  Dan kemudian berbaris rapih menuju sebuah ruangan tempat peti mati batu sarkofagus Chiang diletakan.  Sebelum melihat ke peti mati ini ada sebuah pengumuman yang meminta setiap pengunjung untuk menunduk memberikan hormat kepada Chiang. 

[caption caption="mausoleum CKS"]

[/caption]

Walaupun sebagian besar pengunjung terlihat menunduk sambil  memberikan hormat, adapula yang santai saja sambil berfotoria . Petugas pun santai dan tidak ada yang menegur. “Please bow or show respect to the potrait of Chiang Kai Shek Thank You”. Demikian tertulis pada sebuah papan tepat di depan ruang makam.

[caption caption="pleas bow to CKS"]

[/caption]

Sarkofagus Chiang terlihat dingin dan terbuat dari marmer berwarna hitam kehijauan. Di depannya ada salib yang dibalut dari bunga berwarna putih. Wah. Apa benar Ching Kai Shek beragama nasrani?  Sebuah papan peringatan bertuliskan “No noise “ ada di dekatnya.  Sedangkan di belakang peti batu itu tergantung foto sang generalissimo dihiasi  karangan bunga ,  lampu, dan lilin berwarna putih.  Sepasang bendera  Republik Cina juga mengapit foto dan peti mati.

[caption caption="salib dan sarkofagus"]

[/caption]

Selesai memberi hormat, pengunjung kemudian dengan tenang meninggalkan mausoleum ini dan kembali melewati jalan menuju ke Cihu Lake. Di depan musoleum ada sebuah papan keterangan yang menceriitakan sejarah bangunan ini yang dulunya merupakan toko yang menjual barang keperluan sehari-hari untuk pekerja tambang batubara.  Toko ini kemudian ditutup pada 1939 sampai suatu waktu ketika Presiden  Chiang sedang berlibur ke tempat ini dan melihat bahwa tempat ini sangat mirip dengan kampung halamannya diputukan untuk membangun tempat peristirahatan  yang disebut Guest House of Dungkou.  Tempat ini selesai dibangun pada tahun 1959 dan kemudian menjadi tempat kediaman tidak resmi keluarga Chiang.

[caption caption="sarkofagus CKS di Cihu mausoleum"]

[/caption]

 Di danau,  puluhan bebek berenang dengan tenang. Serta puluhan wisatawan dan penziarah rombongan berikutnya berjalan rapih menuju ke mausoleum.  Kehidupan sepertinya tidak berubah dan tenang di tempat peristirahatan sementara Chiang Kai Shek ini. Di sisi lain di dekat halte bus, ada  sebuah taman dimana kita bisamelihat ratusan patung Chiang Kai Shek yang dikumpulkan dari seluruh negeri.  Kisah tentang taman patung ini akan ditulis dalam artikel selanjutnya.

[caption caption="danau cihu"]

[/caption]

Saya kemudian berjalan menuju taman itu sambil  terus merenung bahwa setelah kematian pun jasa seseorang akan tetap dikenang. Namun perbuatan-perbuatan sebelumnya juga bisa merubah cara pandang rakyat dalam menghormati sang pemimpin.  Itulah yang terjadi pada Chiang Kai Shek. Semasa hidupnya dia begitu dipuja dan ditakuti. Setelah mati, sebagian orang tetap memujanya, namun sebagian orang lagi, karena  terkuaknya  kekejaman saat menjadi presiden baik di Cina daratan maupun di Taiwan akhirnya memutuskan untuk tidak lagi memujanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun