Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jumatan di Masjid Anti Tsunami di Galle

2 November 2015   23:37 Diperbarui: 3 November 2015   00:08 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ketika azan selesai, sedikit demi sedikit jemaah pun mulai mengisi setiap saf sampai ke beranda samping. Marbot dan sekaligus muazin tampil ke sisi mimbar dengan membawa sebuah tongkat berwarna keemasan. Pria berusia tigapuluhtahunan ini memakai jubah putih dan berkopiah haji. Dia mengucapkan salam dan salawat dan kemudian pengumuman dalam Bahasa Tamil.


Tidak lama kemudian, sang imam sekaligus khotibpun muncul, Berjubah putih, dengan kopiah haji berwarna putih lengkap dengan sorban yang dikenakan mirip jilbab menutup kepalanya. Pria berjambang lebat ini menerima tongkat dari muazzin dan mulai menapaki satu per satu anak tangga menuju mimbar.

Khotbah pun dimulai dengan salam, salawat dan doa dalam Bahasa Arab kemudian dilanjutkan seluruhnya dalam Bahasa Tamil. Saya hanya ikut menggeleng-gelengkan kepala saja seakan-akan mengerti isi khotbah yang panjangnya lumayan. Hampir satu jam karena dimulai sekitar pukul 12 dan baru selesai pukul 1 siang.


Selesai sholat, sambil berjalan-jalan menyusuri kota tua ini termasuk mengagumi keindahan mercu suar yang dibangun pada 1938, Rismi bercertia bahwa sebagian besar Srilanka, terutama kawasan timur dan selatan ikut menjadi korban ketika gempa bumi yang disusul Tsunami meluluhlantakan Aceh dan kemudian bergerak ke Malaysia, Thailand dan kemudian ke Srilanka, India dan bahkan pantai timur Afrika.


Menurutnya , puluhan ribu orang menjadi korban dan sebagian besar kota Galle juga hanyut dan porak poranda karena amukan tsunami yang terjadi pada sekitar pukul9 pagi pada 26 Des 2004 lalu itu. Banjir bandang menerjang Galle, seluruh isi kota tidak luput dan air yang menerjang dengan ketinggan beberapa meter.


Namun, Galle Fort dan segala isinya termasuk masjid tua yang bernama “Fort Meeran Jummaa Masjid “ yang kecil namun indah ini sama sekali selamat dari terjangan tsunami. Walaupun lokasi kota benteng tua ini tepat di tepi pantai Samudran Hindia, keajaiban dan pertolongan Allah telah menyelamatkan masjid yang menurut kisah telah berusia lebih dari 300 tahun ini sementara air bah menyerbu bagian lain kota Galle.


Sambil berjalan perlahan saya sempat mengintip bagian depan masjid dimana tertera angka Arab 1325 H  yang merupakan tahun dimana masjid ini mengalami renovasi besar-besaran sehingga mendapatkan bentuknya yang sekarang ini. Saya merasa beruntung sempat mampir dan ikut sholat jumat dengan khotbah Bahasa Tamil di tempat yang mulia ini.

Galle, akhir Oktober 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun