Bahasa Melayu atau resminya Bahasa Malaysia merupakan bahasa serumpun yang bagi kita langsung dapat dimengerti tanpa harus belajar atau kursus terlebih dahulu. Namun, kalau diperhatikan cukup banyak perbedaan dan persamaan yang kadang-kadang mengundang senyum karena kata dan istilah yang digunakan sering tidak lazim dipakai di Indonesia.
“
Rumah Sakit Korban Lelaki, Injak-injak bumi, atau setubuhi bumi”, barangkali merupakan lelucon dari bahasa negri jiran yang sering kita dengar di Indonesia. Namun walaupun cukup sering berkunjung kesana, baik di semenanjung, maupun Sabah atau Serawak, belum pernah dijumpai dan dilihat dengan mata kepala sendiri ada rumah sakit korban lelaki disana. Yang banyak dan sering adalah tempat yang namanya “
Ibu Pejabat”, yang kalau di Indonesia artinya istri pejabat, tapi kalau di nergri jiran yang Kantor Pusat atau Head Quarter.
Perjalanan di George Town atau pusat kota tua yang menjadi
World Heritage Site atau
Tapak Warisan Dunia barangkali dapat memperkaya kosa kata Bahasa Malaysia yang kita kuasai. Dari
jeti atau dermaga kapal ferry saya berjalan kaki menuju Masjid Kapitan Keling. Kata jeti sendiri berasal dari Bahasa Inggris jetty , Sebuah papan larangan yang berbunyi
“Sila gunakan tong sampah, jangan buang sampah di merata-rata tempat, Denda Rm 500”, barang kali membuat kita tahu bahwa merata-rata artinya adalah sebarang atau singkatnya jangan buang sampah sembarangan.
Di George Town ini ada beberapa istilah yang digunakan untuk jalan . Ada istilah jalan untuk jalan yang cukup lebar seperti
Jalan Masjid Kapitan Keling, namun ada juga istilah Lebuh seperti
Lebuh Ah Quee dan juga Lorong untuk jalan yang lebih sempit seperti
Lorong Soo Hong. Serta untuk jalan raya yang lebar akan disebut Lebuh Raya, misalnya
Lebuh Raya Tun Dr Lim Cong Eu. Nama tempat dan jalan berbau Cina memang banyak sekali dijumpai di George Town ini.
Ketika naik bas Rapid
Penang, ada tulisan “
cermin kecemasan” yang merupakan kaca darurat yang bisa dipecahkan dalam keadaan bahaya. Serta di sebuah tempat parkir ada tulisan OKU atau orang kurang upaya bergambar orang naik kursi roda. Semuanya bisa dimengerti dalam konteks dan situasi. Seperti juga tulisan
Rumah Tumpangan untuk penginapan kecil yang ada kawasan Little India. Rumah Tumpangan artinya yah semacam losemen atau penginapan. Dan tentunya masih banyak rumah lain seperti
rumah urut untuk panti pijat he he.
Di depan sebuah toko juga ada iklan bertuliskan Jawatan Kosong Juru Wang alias lowongan untuk kasir. Selain dari Bahasa Inggris bahasa Malaysia juga banyak mengambil dari bahasa-bahasa yang berasal dari anak benua India. Ada tulisan
Dobi Layan Diri misalnya untul binatu atau laundry swalayan. Seperti terlihat di Lebuh Campbell ini.
Kita juga bisa mengetahui sedikit istilh hukum ketika melewati Burhan & Company dengan tulisan
Peguambela & Peguamcara yang merupakan terjemahan dari Advocates & Solicitors. Tentu saja di Penang hampir tidak ada kata Toko, yang ada hanya Kedai seperti
Kedai Kasut, Kedai Beg, dan juga
Kedai Ubat.
Namun pengumuman yang paling saya suka adalah yang terdapat di sekitar pelabuhan ferry Butterworth dimana tertulis,
Maaf segala kesulitan amat dikesali kerja pembinaan sedang dijalankan untuk kesenangan masa depan”, Ini sepertinya ocok dengan peribahasa "
Berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian".
Namun jalan-jalan juga harus mencicipi makanan lokal atau
makanan tempatan, dan di Penang, selain terkenal sebagai surga kuliner , juga terkenal dengan buah duriannya. Sebuah spanduk di depan toko yang menjual durian juga sangat menggoda dengan tulisan dalam beberapa bahasa. Dalam Bahasa Ingris ditulis
Eat All You Can sedang dalm Bahasa Melayu
Makan Sampai Kenyang dan gambar durian yang menggoda selera.
Jalan-jalan sekaligus Belajar Bahasa Malaysia? Siapa Takut!
Penang, Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya