“Kumbukumbu Ya Historia Ya Watuma”, atau Memory for the Slaves, demikian tertera pada sebuah prasasti kecil yang ada di depan monumen budak ini. Sementara di dekat sebuah tangga melingkar di dekat katedral kita dapat melihat tulisan petunjuk arah menuju ke Slaves Monument.
Perjalanan pertama di Stone Town memang bukan sebuah wisata yang membuat hati menjadi gembira. Kunjungan ke tempat ini membuat hati terus merenung, setidaknya untuk beberapa saat akan kejadian dan sejarah masa lampau Zanzibar yang kelam sebagai pusat pasar budak di Afrika Timur.
Sambil membayangkan transaksi yang terjadi di pasar budak, dimana para pedagang dan pembeli saling tawar menawar, jalan –jalan dengan jalan kaki dilanjutkan menyusuri lorong-lorng penuh misteri di Stone Town.
Stone Town , Mei 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!