Minggu, 6 April 2014 bertempat di Toko Buku Gramedia Pusat di Jalan Matraman berlangsung acara “Peluncuran dan Bedah Buku ‘Personal Branding” dengan tagline “Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik” karangan Dewi Haroen.
Acara yang dimulai sekitar pukul 14.30 siang ini dipandu oleh “Alvin Lie” dengan beberapa orang nara sumber yang cukup top seperti Prof Din M Syamsuddin yang juga ketua Majelis Ulama Indonesia, Prof Hamdi Muluk yang merupakan guru besar psikologi politik di Universitas Indonesia, dan Dwiki Dharmawan sang musisi kondang.Sedangkan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad tidak sempat datang walau namanya sudah terpampang di baleho.
Karel, sang pembawa acara memulai acara yang dihadiri cukup banyak wartawan dan blogger dengan lincah , ringan, dan penuh humor. Sementara Dewi Haroen yang juga seorang psikolog sekaligus blogger hadir lengkap bersama keluarga besar di acara ini.
Buku yang membahas tentang “Personal Branding” ini dibahas tuntas dalam acara ini yang isinya merupakan gado-gado artikel yang menguraikan segala seluk beluk bagaimana mempoles citra diri seseorang dari sudut pandang psikolgi.Namun menurut Prof Hamdi Muluk, buku ini sangat enak dibaca dan mengalir begitu saja.Pada saat yang sama Prof Hamdi juga mengaku kalah dengan Dewi Haroen karena beliau selama ini belam sempat menulis buku psikologi populer yang enak dibaca kecuali jurnal-jurnal yang isinya sangat berat dan hanya untuk kalangan terbatas saja.
Ketua MUI, Din Syamsuddin memiliki pandangan yang lain lagi tenang “personal branding”. Menurutnya seseorang harus memiliki “simaya” atau semacam inner beauty atau bahkan aura dan self esteem .Simaya yang merupakan kata yang berasal dari Bahasa Persia atau Shima dalam Bahasa Arab ini sangat berbeda dengan “Pencitraan”.Pencitraan bisa berhasil namun biasanya tidak bertahan lama karena dengan berlalunya waktu akan terkuak jati diri yang sesungguhnya.
Pembicaraan kian menarik dengan komentar dari Mas Dwiki yang mengisahkan perjuangannya memperkenalkan musik tradisional Indonesia yang biasanya dikolaborasikan dengan genre musik mancanegara.Pria yang berusia hampir setengah abad namun terlihat jauh lebih muda ini juga menegaskan bahwa bila ingin jadi caleg yang sukses seseorang harus mengabdikan dirinya dengan tulus kepada bangsa dan negara dan bukan menjadi anggota legislatif sebagai pekerjaan untuk mencari nafkah.Singkatnya seseorang harus mapan dulu secara finansial baru bisa menjadi caleg!
Diskusi tentang isi buku ini terus mengalir dengan hangatnya.Alvin Lie memberikan kesempatan untuk delapan peserta untuk mengajukan pertanyaan yang isinya beragam dan sebagian besar tentang issue hangat pada saat ini, yaitu caleg, pemilu, serta politik uang.Namun penulis Dewi Haoren sangat piawai dalam berdiplomasi dimana tidak semua pertanyaan di jawab dengan tuntas. “Semua pertanyaan anda sekalian ada jawabannya di buku ini!”,jawabnya sambil tersenyum manis sekaligus mempromosikan buku baru terbitan Gramedia ini.
Namun , acara yang menarik ini tentunya tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dari tuan rumah yaitu penerbit Gramedia yang kali ini diwakili oleh Wandi S Brata.Pria berusia tengah baya yang rambutnya sebagian sudah memutih ini membuka acara dengan memberi sambutan yang penuh dengan pemikiran filsafat. Beliau mengungkapkan bahawa dengan menulis buku, maka seseorang sudah memasuki kancah keabadian. Beliau juga banyak mengungkapkan frasa dalam bahasa Latin yang kelihatannya sangat dikuasainya.
Yang paling menarik adalah tanggapan sang penulis ketika banyak komentar bahwa buku ini “terlambat” terbit.Karena sekarang para caleg sudah tidak punya waktu lagi untuk membaca buku ini dan kemudian membuat personal branding masing-masing.“Buku ini ditulis untuk para caleg yang akan maju di pemilu 2019”, tukas Dewi Haroen yang disambut dengan tepuk tangan meriah seluruh hadirin.
Jakarta, 6 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H