Mohon tunggu...
Taufikson Abakian Julakian
Taufikson Abakian Julakian Mohon Tunggu... Buruh - Mantan foto model yang terzalimi

Teramat sangat menyayangi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Anakan Ikan Arwana Silver Albino, Belum Berarti Sudah Mati

7 Januari 2020   19:05 Diperbarui: 7 Januari 2020   19:26 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Heran! Seorang teman nekad membeli ikan arwana silver albino seharga 25 juta. Enam nolnya. 21 ekor pula jumlahnya. Ketika itu 2012. Teman yang punya beberapa kartu ATM debet dari aneka bank itu berkata optimis;

"Ikan inilah yang nanti akan jadi mesin uang baru", katanya, sambil menatapku. Yang diyakinkan tetap ragu. Karena ikan itu transgenik jenis baru.

Setahun berlalu. Teman yang dulu membuatku heran itu kali ini membuat dadaku sesak karena iri. Ia memperlihatkan jumlah nilai transaksi yang baru terjadi di layar handphonenya. Kemudian ia memperlihatkan gambar Lexus dan Pajero.

"Dua mobil itu sedang dalam proses pemesanan". Belum sempat aku menanggapi, ia berkata lagi; "semua itu diperoleh dari penjualan anak ikan yang dulu kamu lecehkan". Gestur tubuhku memilih tercengang.

"Memangnya seekor dijual berapa?"

"Hanya tujuh juta!".

Wow! Otakku kejang karena semakin iri. Walaupun cuma sepertiga harga induknya, ikan itu sekali beranak jumlahnya bisa seratusan ekor. Artinya sekali panen rekening gendutnya akan bertambah setengah miliaran. Akaidaii.

***
Setahun setelah itu, aku merasa mampu menghayal punya Lexus atau Pajero. Atau dua-duanya. Dapat bekas pun bersedia. Berbekal uang 15 juta aku ingin menangkar ikan itu juga. Teman yang banyak nomor rekening bank itu memberi harga spesial. Khusus untukku hanya tiga juta. Aku dapat lima. Eh, dikasih bonus satu lagi. Enam jadinya. Orang baik selalu disayang temannya.

Namun anak ikan itu tak bertahan dua bulan. Lima yang kubeli, belum sempat berarti, sudah mati. Sisa satu membuatku termangu. Tiada pilihan selain berdamai dengan penyesalan yang akan tergerus waktu. Toh perlahan-lahan pasaran ikan itu tenggelam seperti yang pernah kuperkirakan. Harga pun aku sudah tak mau cari tahu.

***

Tahun 2017. Kudengar harga ikan itu terangkat lagi. Sudah ada pembeli yang menyambungnya ke luar negeri. Di lokal otomatis dicari-cari. Pasaran saat itu 700 ribu. Sepersepuluh dari harga jual perdana temanku tiga tahun lalu. Hayalan untuk memiliki Lexus dan Pajero muncul lagi.

Lagi-lagi aku beruntung. Kemudian rugi. Saat penawaran terbatas, aku dapat empat dengan harga hemat. Cuma lima ratus ribu, satu. Aku merasa untung dua ratus ribu. Akan tetapi seperti yang kukatakan; setelah untung, kemudian rugi. Tiga anak ikan itu belum sempat berarti. Lagi-lagi mati. Yang hidup tinggal satu. Jalan membeli mobil bekas, amblas. Bagaimana mungkin lagi berani mimpi mobil baru yang berkelas.

Banyak orang memberi nasehat. Dalam usaha tak boleh berputus asa. Dalam hal ini aku taat. Maka ketika dana ada, aku tak peduli dengan harga ikan yang sudah dua kali lipat. Satu koma lima juta. 

Aku membeli lima. Untuk menambah ikanku yang ada. Kali ini tak lagi disertai hayalan tentang Lexus, Pajero, Toyota, Mitsubishi, dan Honda. Atau merek lainnya. Aku murni berusaha.

Namun kejadian yang sama terulang kembali. Walaupun level kecewa tak seperti pertama kali. Pada pembelian yang ketiga ini hanya satu saja yang belum sempat berarti dan mati. Aku sudah kebal dengan musibah yang yang seperti ini. Empat yang bertahan hidup, itulah calon sumber rezeki.

Namun terdengar kabar yang membuat gundah. Harga ikan perlahan-lahan melemah. Bursa terendah menyentuh angka seratus lima puluh ribu rupiah. Itu pun tak laku. Hampir tak ada yang berani berspekulasi membeli. Pasar menahan diri. Sebagian beranggapan bisnis ikan itu akan berakhir cukup sampai di sini. Layaknya lirik sebuah lagu atau puisi patah hati.

Sampai akhirnya. Sampai akhirnya harga ikan itu bergerak ke tren positif. Pengepul yang dulu senyap tiarap, kini beraksi kembali. Sehingga setahun belakangan harganya stabil di atas dua ratus ribu. Ikan yang biasa beranak seratusan ekor itu, sekali panen bisa dua puluh jutaan. Prospeknya masih menjanjikan. Walaupun konversinya bukan lagi Lexus dan Pajero, kan cukup lumayan. Harapan bahwa, ikan itu akan tetap ada yang membeli, kini bersemi kembali.

Dua minggu lalu, mantan penghayal Lexus dan Pajero ini nekad lagi. Lima belas ekor ikan dengan harga 250-an berpindah akuarium dari seorang teman. Namun rugi telah menjadi langganan diri ini. Lima belas ekor ikan itu, belum sempat berarti, semuanya mati. Semuanya!

Alhamdulillah! Sampai saat ini saya tidak pernah percaya dengan yang namanya rasi. Karena rezeki tak bisa dianalisa menggunakan matematika. Sebuah kalimat motivasi impor akan tetap saya pertahankan. "Dig a little more". Terjemahan bebasnya: "nanti saya akan membeli lagi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun