Aku merasa seperti terjebak dalam sebuah simulasi virtual, di mana manusia hanyalah konsumen yang haus akan kepuasan instan. Zygmunt Bauman menggambarkan kondisi ini sebagai "masyarakat cair" yang penuh dengan ketidakpastian dan kecemasan.
Aku berjalan menyusuri jalanan berbatu, melewati toko-toko mewah yang memamerkan barang-barang bermerek. Orang-orang berlalu-lalang dengan wajah kosong, sibuk mengejar tren terbaru dan gaya hidup yang sempurna.Â
Oo..Michel Foucault juga mengingatkan kita tentang bagaimana kekuasaan membentuk pengetahuan dan realitas sosial. Itu senada dengan yang pernah diucapkan Ibnu Khaldun.
Matahari perlahan tenggelam, meninggalkan langit berwarna merah darah yang menyala seperti api neraka. Bintang-bintang mulai bermunculan, membentuk konstelasi yang penuh dengan pertanda buruk. Aku melihat hantu-hantu masa lalu berkeliaran di antara gedung-gedung pencakar langit, meratapi kesalahan yang telah mereka buat.
 Dan Ibnu Khaldun mengingatkan kita bahwa setiap peradaban memiliki siklus naik turun.
Aku duduk di bangku taman, memeluk lututku erat-erat. Lampu-lampu neon menyinari wajah-wajah orang-orang yang sibuk dengan ponsel pintar mereka.Â
Mereka terhubung dengan seluruh dunia secara virtual, namun merasa semakin terisolasi dan kesepian. Martin Buber berbicara tentang pentingnya dialog dan hubungan antarmanusia untuk mengatasi kesepian ini.
Aku menyadari bahwa mimpi manusia seringkali menjadi jebakan. Kita mengejar kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan, namun seringkali melupakan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup: cinta, persahabatan, dan keadilan sosial. Kita terjebak dalam siklus hedonisme yang tak berujung, mengejar kepuasan instan yang selalu menghilang.
Keangkuhan modernisme telah melahirkan sebuah budaya konsumerisme yang destruktif, di mana manusia menjadi budak dari materi dan teknologi. Kita harus belajar dari para filsuf seperti Socrates, Confucius, dan Rumi untuk menemukan makna sejati dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H