Mohon tunggu...
Taufik Samsuri
Taufik Samsuri Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Ilmu Pendidikan Universitas Ganesha

Dedikasi Untuk Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kekuasaan dan Pendidikan, Harmoni atau Kontestasi?

28 November 2024   13:44 Diperbarui: 28 November 2024   14:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan Upacara Bendera dalam Rangka Memperingati hari Guru Nasional (Sumber: Dokumentasi Pribadi, SDN 1 Kuripan Utara)

Demokrasi dalam pendidikan menuntut adanya kurikulum yang inklusif dan beragam, yang memungkinkan siswa memahami berbagai perspektif. Pendekatan ini juga membutuhkan desentralisasi kebijakan, sehingga institusi pendidikan lokal dapat menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan komunitas setempat.

Kekuasaan sebagai Kekuatan Transformatif

Kekuasaan tidak selalu menjadi alat dominasi. Dalam pendidikan, kekuasaan dapat berfungsi sebagai kekuatan transformatif yang mendorong perubahan positif. Kekuasaan transformatif memungkinkan terciptanya lingkungan pendidikan yang mendukung inovasi, kolaborasi, dan pemberdayaan peserta didik serta pendidik. Hal ini dapat diwujudkan melalui kebijakan yang partisipatif dan inklusif.

Contohnya, kekuasaan transformatif dapat diterapkan dengan memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan pendidik untuk mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan lokal. 

Selain itu, kebijakan pendidikan yang mendukung pelatihan guru secara berkelanjutan dan penguatan peran masyarakat dalam pengelolaan sekolah dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih adaptif dan responsif.

Tantangan dan Solusi dalam Hubungan Kekuasaan dan Pendidikan

  1. Domestifikasi dan Stupidifikasi

Sistem pendidikan yang terlalu kaku sering kali membunuh kreativitas siswa. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pendekatan yang lebih fleksibel dalam penyusunan kurikulum dan metode evaluasi. Pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi dapat menjadi solusi untuk mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif.

  1. Indoktrinasi Kurikulum

Kurikulum sering kali digunakan sebagai alat untuk menanamkan ideologi tertentu. Solusinya adalah menciptakan kurikulum yang inklusif dan memberi ruang bagi beragam perspektif. Kurikulum yang dirancang secara partisipatif akan lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat.

  1. Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan

Pendidikan harus melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan pendidikan dapat meningkatkan akuntabilitas dan relevansi sistem pendidikan.

 Penutup

Hubungan antara kekuasaan dan pendidikan harus diarahkan pada sinergi untuk menghasilkan perubahan yang berkelanjutan. Kekuasaan yang digunakan secara bijaksana dapat menciptakan pendidikan yang inklusif, inovatif, dan adaptif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun