Mohon tunggu...
Taufik Rahayu
Taufik Rahayu Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Sunda

Menulis dalam bahasa Sunda dan Indonesia. Penggiat Sastra dan Budaya, khususnya budaya Sunda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Korban Unpad “Nyaah ka Jabar”

19 Juni 2013   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:44 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh Taufik Rahayu


Mahasiswa S1 Sastra Sunda FIB Unpad

Membaca tulisan Prof. Dr. H. Ganjar Kurnia yang dimuat Koran Pikiran Rakyat hari Sabtu, 19 Januari 2013 di rublik Opini, yang berjudul “Unpad Nyaah ka Jabar”. Seketika itu juga saya merasa terkenang masa-masa perjuangan saya saat masuk Unpad pada tahun 2009 hingga menjadi Mahasiswa Sastra Sunda Unpad sampai sekarang. Ya, saya inilah bukti nyata mahasiswa korban dari “Unpad Nyaah ka Jabar”.



Saya berasal dari desa terpencil, sebelumnya saya tak pernah bermimpi bisa menginjakan kaki disebuah Universitas. Karena, di desa tempat saya dilahirkan pada saat itu, pendidikan (kuliah) bukan hal yang diutamakan masyarakat. Orang-orang desa cenderung tertarik dengan pekerjaan dan investasi masa depan dalam bidang ekonomi. Satu-satunya golongan orang yang sadar terhadap pendidikan adalah mereka kaum akademisi (guru). Tuan-tuan tanah yang secara ekonomi mampu untuk meneruskan anaknya ke bangku kuliah, mereka cenderung memanjakanan anak-anaknya, menikahkannya, atau meneruskan bisnis keluarga seperti: mengurus sawah dan kebun.



Kampung halaman saya tepatnya di Kampung Batusari, Lengkong, Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Sebuah desa nan jauh di sana, di bawah kaki gunung kecil. Desa yang damai dan tergolong kurang maju (untuk ukuran moderenisasi), karna sampai sekarang akses jalan menuju desa harus ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 45 menit dari jalan raya, atau menggunakan ojek dengan medan jalan yang masih terjal. Dengan rute yang naik turun dan berbelok-belok melewati perkebunnan karet dan kehutanan. Bahkan listrik pun baru masuk beberapa tahun ke belakang.



Dosen-dosen di Sastra Sunda terkadang suka bergurau, “Ti mana urang Cisompet bisa nyaho Unpad?” saya sendiri hanya bisa menggelengkan kepala. Lulus SMP, saya kemudian dibawa Kaka ke Bandung untuk disekolahkan di SMA, karna waktu taun 2004 itu, orang tua tidak mampu untuk menyekolahkan ke tingkat SMA. Di desa saya waktu itu, menyekolahkan sampai tingkat SMP saja sudah menjadi hal yang hebat. Kebanyakan lulusan SMP atau SD di desa saya, mereka langsung bekerja ke kota Bandung atau Jakarta.



Lulus dari SMA pada tahun 2007, saya tak lantas daftar SNMPTN, jangankan daftar atau terpikir bisa kuliah, fokus saya waktu itu hanya bagaimana saya mendapat pekerjaan yang layak, agar  bisa mulangtarima dan membantu perekonomianorang tua. Tapi, karena jalan nasib berkata lain, setelah saya bekerja disebuah media lokal sebagai staf umum. Pada tahun 2008 saya berkenalan dengan salah satu Wartawan Majalah Manglé, Kang Asep GP. Kang Asep lah yang “mendoktrin” saya untuk melanjutkan kuliah ke Unpad. Selama setaun saya menabung untuk persiapan biaya kuliah.



Ketika pada taun 2009 saya mengikuti tes SNMPTN. Doa saya dan orang tua terkabul. Saya diterima di Jurusan Sastra Sunda Unpad. Ada senyum dan rasa bangga saya waktu itu, anak dari desa terpencil bisa lulus tes masuk Unpad. Namun saat itu, senyuman saya tak berlangsung lama, karna setelah diterima ada kewajiban yang harus dipenuhi, membayar biaya masuk sebesar 6 juta rupiah; dengan rincian 2 juta untuk SPP, 2 juta untuk sumbangan pembangunan, 2 juta lagi untuk dana mahasiswa baru.



Senyuman pun berganti beban dan rasa kecewa karna sadar diri. Tabungan selama bekerja  tidak sampai menutupi dana total yang harus saya lunasi.  Ketika saya sangat kesulitan dalam membayar biaya masuk. Slogan “Unpad Nyaah ka Jabar” benar-benar saya rasakan. Ditengah keputusasaan untuk tidak jadi kuliah. Saya bertemu dengan 52 teman se-Unpad dari berbagai jurusan dan fakultas yang mengalamai kondisi yang sama dengan diri saya. Teman-teman waktu itu, bukan hanya orang Sunda atau dari Jawa Barat, beberapa dari mereka ada yang berasal dari luar Jabar. Menurut pendapat saya, Unpad bukan hanya nyaah ka Jabar, tapi juga nyaah ke Indonesia. Saya beserta teman-teman dibantu oleh senior-senior yang tergabung dalam BEM Kema Unpad.



Beserta ke-52 teman dan bantuan pihak BEM Kema Unpad, saya benar-benar merasakan kadeudeuh dari Unpad bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Saya dan teman-teman bolak-balik mengurus-ngurus berkas antara Jatinangor – Dipatiukur,  dan hasilnya bisa dibebaskan dari membayar dana awal sebesar 6 juta rupiah. Bukan saja dibebaskan, tapi kedepannya kami semua diarahkan untuk mendapat beasiswa. Teman-teman banyak yang langsung mendapatkan beasiswa seperti BUMN, PPA, BBM, Super Semar, dan lain-lain. Waktu itu belum ada beasiswa Bidik Misi, program tersebut baru ada di tahun 2010.



Dari semester satu sampai sekarang, saya sendiri mengadalkan beasiswa untuk membiayai kuliah. Di Unpad (PT Negri), biaya yang dikeluarkan terbilang tidak ribet, hanya SPP persemester, tidak ada lagi biaya lain selain biaya hidup (kos, ongkos, dan makan). Saya mendapat beasiswa Bantuan Sauyunan Unpad dari semester 3 dan 4, BBM  5 dan 6, kemudian PPA 7 dan 8. Beasiswa tersebut total 4,2 juta pertahun, dan itu sudah cukup untuk menutupi pembayaran biaya SPP setiap semesternya. Saya benar-benar menjadi korban “Unpad Nyaah ka Jabar”.



Fasilitas beasiswa yang ada di Universitas jarang terekspos dan diketahui masyarakat luas. Masih perlu publikasi dan pemberitahuan yang luas. Yang masyarakat tahu biaya kuliah itu “mahal”. Dari tahun 2010 sampai sekarang, masyarakat kurang mampu dapat program Bidik Misi dari pemerintah yang bisa dimaksimalkan untuk yang benar-benar seriuskuliah. Selain terbebas dari SPP, beasiswa Bidik Misi memberikan tanggungan biaya hidup perbulan. Sehingga mahasiswa bisa fokus dalam mengejar berbagai prestasi.



Melalui tulisan ini, saya ingin membagi pengalaman ketika masuk Unpad, mendapatkan beasiswa, dan membuktikan kebenaran dari statement Rektor Unpad dengan program “Unpad Nyaah ka Jabar”. Untuk kedepannya saya sendiri menunggu dan berharap ketak Rektor Unpad dalam memfasilitasi nyaah ka jabar dalam level S2. Karna tentu saja, pendidikan tingkat Magister sangat penting untuk SDM Sunda dan Jabar unggul dan berkualitas.



Tidak bisa dipungkiri, kemampuan dan pendidikan seseorang akan menentukan masa depan diri sendiri, masyarakat, negara dan bahkan mungkin dunia. KetakUnpad yang memberi perhatian lebih pada bidang pendidikan SDM generasi Jawa Barat khususnya yang kurang mampu, tentu saja harus diapresiasi dan dimanfaatkan dengan maksimal. Sejatinya mahasiswa juga tidak boleh tinggal diam, harus bekerja sama dalam mewujudkan nilai dan cita-cita Universitas, mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi, dan mengukir prestasi setinggi-tingginya.



Semoga tulisan ini bisa menginsfirasi bagi orang tua dan siswa-siswa tingkat SMA yang punya mimpi meneruskan studi ke jengjang perguruan tinggi, khususnya ke Unpad. Biaya bukan hal yang utama dalam perkuliahan. Yang menjadi masalah utama adalah bagaimana kita menjadi mahasiswa seutuhnya! Fokus pada keilmuan yang kita ambil dengan totalitas dari diri kita dalam menggapai berbagai prestasi. Mendisiplinkan diri dan memperbanyak membaca adalah kunci utama sukses di Universitas. Diantos di kampus Unpad.***(Lodaya, 19 Januari 2013)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun