Ketika pada taun 2009 saya mengikuti tes SNMPTN. Doa saya dan orang tua terkabul. Saya diterima di Jurusan Sastra Sunda Unpad. Ada senyum dan rasa bangga saya waktu itu, anak dari desa terpencil bisa lulus tes masuk Unpad. Namun saat itu, senyuman saya tak berlangsung lama, karna setelah diterima ada kewajiban yang harus dipenuhi, membayar biaya masuk sebesar 6 juta rupiah; dengan rincian 2 juta untuk SPP, 2 juta untuk sumbangan pembangunan, 2 juta lagi untuk dana mahasiswa baru.
Senyuman pun berganti beban dan rasa kecewa karna sadar diri. Tabungan selama bekerja tidak sampai menutupi dana total yang harus saya lunasi. Ketika saya sangat kesulitan dalam membayar biaya masuk. Slogan “Unpad Nyaah ka Jabar” benar-benar saya rasakan. Ditengah keputusasaan untuk tidak jadi kuliah. Saya bertemu dengan 52 teman se-Unpad dari berbagai jurusan dan fakultas yang mengalamai kondisi yang sama dengan diri saya. Teman-teman waktu itu, bukan hanya orang Sunda atau dari Jawa Barat, beberapa dari mereka ada yang berasal dari luar Jabar. Menurut pendapat saya, Unpad bukan hanya nyaah ka Jabar, tapi juga nyaah ke Indonesia. Saya beserta teman-teman dibantu oleh senior-senior yang tergabung dalam BEM Kema Unpad.
Beserta ke-52 teman dan bantuan pihak BEM Kema Unpad, saya benar-benar merasakan kadeudeuh dari Unpad bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Saya dan teman-teman bolak-balik mengurus-ngurus berkas antara Jatinangor – Dipatiukur, dan hasilnya bisa dibebaskan dari membayar dana awal sebesar 6 juta rupiah. Bukan saja dibebaskan, tapi kedepannya kami semua diarahkan untuk mendapat beasiswa. Teman-teman banyak yang langsung mendapatkan beasiswa seperti BUMN, PPA, BBM, Super Semar, dan lain-lain. Waktu itu belum ada beasiswa Bidik Misi, program tersebut baru ada di tahun 2010.
Dari semester satu sampai sekarang, saya sendiri mengadalkan beasiswa untuk membiayai kuliah. Di Unpad (PT Negri), biaya yang dikeluarkan terbilang tidak ribet, hanya SPP persemester, tidak ada lagi biaya lain selain biaya hidup (kos, ongkos, dan makan). Saya mendapat beasiswa Bantuan Sauyunan Unpad dari semester 3 dan 4, BBM 5 dan 6, kemudian PPA 7 dan 8. Beasiswa tersebut total 4,2 juta pertahun, dan itu sudah cukup untuk menutupi pembayaran biaya SPP setiap semesternya. Saya benar-benar menjadi korban “Unpad Nyaah ka Jabar”.
Fasilitas beasiswa yang ada di Universitas jarang terekspos dan diketahui masyarakat luas. Masih perlu publikasi dan pemberitahuan yang luas. Yang masyarakat tahu biaya kuliah itu “mahal”. Dari tahun 2010 sampai sekarang, masyarakat kurang mampu dapat program Bidik Misi dari pemerintah yang bisa dimaksimalkan untuk yang benar-benar seriuskuliah. Selain terbebas dari SPP, beasiswa Bidik Misi memberikan tanggungan biaya hidup perbulan. Sehingga mahasiswa bisa fokus dalam mengejar berbagai prestasi.