Mohon tunggu...
Pendidikan

Pembelajaran Berkualitas dan Berkarakter untuk Menghasilkan Lulusan Tenaga Kesehatan yang Unggul

18 Juli 2018   17:10 Diperbarui: 18 Juli 2018   17:16 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sisi lain, mahasiswa tersebut menggunakan ranah afektif tingkat penilaian dalam apresiasi perubahan nilai karakter bertanggungjawab terhadap amanh yang diberikan yaitu memberikan service excellent kepada pasien. Hal tersebut menjadikan mahasiswa selalu termovitasi untuk selalu berusaha memberikan diet yang terbaik untuk pasien yang secara langsung akan meningkatkan budaya unggul dalam pengetahuan dan tindakan serta karakter bertanggungjawab secara sosial sesuai dengan perpres no 87 tahun 2017 tentang pendidikan karakter.

Dari segi pembelajar, proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung, Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal mahasiswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh dosen. Proses belajar tersebut "tampak" lewat perilaku mahasiwa mempelajari modul bahan ajar ataupun pedoman praktikum sehingga dosen harus mampu membuat modul bahan ajar dan praktikum sebaik mungkin yang disesuaikan dengan aplikasi klinis di dunia kerja kedepannya. Perilaku belajar tersebut tampak pada tindakan belajar.

Perilaku belajar tersebut merupakan respons mahasiwa terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari dosen. Perilaku belajar tersebut ada hubugannyadengan desain instruksional dosen yang tertuang dalam rencana mutu pembelajaran. Dalam desain instruksional tersebut, dosen membuat tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar yang menjawab standar kompetensi yang diharapkan oleh universitas ataupun organisasi profesi sehingga berkesesuaian dengan kebutuhan stakeholder sebagai pengguna hasil pendidikan.

Prinsip penerapan dalam proses pembelajaran instructional perlu adanya penekanan penggunaan variasi mengajar. Dosen diharapkan mampu menggunakan variasi mengajar secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar mengajar yang tercipta untuk mencapai tujuan, yaitu keberhasilan belajar mengajar dari segi proses maupun produk lulusan yang berbudaya unggul dan berkarakter.

Ada beberapa variasi yang dapat meningkatkan integrasi pengajaran dan pemahaman yaitu variasi  gaya mengajar yang meliputi intonasi suara, penekanan dan kontak pandang antara dosen dengan mahasiswa. Selain itu penggunaan media sangat penting dalam memberikan contoh aplikasi dalam penyampaian pesan. Sebagai contoh mahasiswa diharapkan mampu bersikap professional dalam bidangnya nanti dalam memberikan pengabdian yang totalitas terhadap pasien tanpa memandang status sosial ekonomi. Aplikasi contoh video ahli gizi dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang dibawakan oleh pemeran ahli gizi merupakan hal nyata dalam bertindak saat mahasiswa menjadi pegawai di rumah sakit.

Mahasiswa yang belajar menggunakan kemampuan  kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Ranah kognitif atau yang biasa disebut taksonomi Blom mengelompokkan enam jenis perilaku yang terkait dengan kemampuan internal dan kata kerja operasional diantaranya pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam jenis perilaku ini bersifat hirarkis, artinya perilaku pengetahuan tegolong terendah dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang terendah merupakan perilaku yang "harus" dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi. 

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku sebagai berikut penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi kemampuan kognitif. 

Mahasiswa yang belajar akan memperbaiki kemampuan internalnya yang efektif. Selain itu untuk menilai pencapaian nilai-nilai budaya unggul dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur dan unggul di suatu semester dirumuskan dengan "mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat/diamati/dipelajari/dirasakan saat belajar baik teori atau praktikum dan selalu terdepan dalam menjawab pertanyaan dosen serta mampu menjelaskan kepada mahasiswa lain saat mahasiswa tersebut presentasi mengenai matari ajar tertentu yang telah disiapkan sebelumnya atau tidak", maka dosen mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang dikatakan seorang mahasiswa itu jujur mewakili perasaan dirinya atau hanya ulasan keterpaksaan serta menyampaikan apa adanya yang tidak berasal dari konsep bahan ajar yang telah ditetapkan. Ini berarti bahwa tujuan instructional pendidikan yang memiliki budaya dan berkarakter harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum masing-masing satuan pendidikan. Pada akhirnya kurikulum menjembatani tujuan tersebut dengan praktek pengalaman belajar nyata di lapangan.

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karakter karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan jalur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Pembangunan lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan kesehatan, ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya rumah sakit, pabrik,  jalanan, jembatan, alat transportasi, komunikasi dan sejenisnya. Sedangkan hal yang mengenai sumberdaya manusia tidak secara langsung terlihat sebagai sasaran pembicaraan. Padahal banyak bukti yang dialami oleh banyak Negara menunjukkan bahwa kemajuan di bidang ekonomi dan industri yang ditandai dengan kenaikan pendapatan Negara. 

Pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedangkan pembangunan mengarah keluar yaitu kelingkungansekitar manusia. Hasil pendidikan dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang usaha pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dialami sesorang, semakin baik kondisi ekonominya. Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti berpendirian, rasa bebas yang bertanggungjawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerjasama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, dan menghormati hak orang lain serta memiliki jiwa bela negara. 

Peranan pendidikan memungkinkan berubahnya potensi manusia menjadi aksidensi dari naluri menjadi nurani, sehingga manusia menjadi "human capital" atau modal utama pembangunan yang manusiawi. Presiden Jokowi Widodo mengatakan dalam suatu kegiatan bahwa pendidikan akan menghasilkan SDM yang bertakwa, religius, bermartabat dan  berketuhanan YME yang akan menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan nasional yang berbudaya dan berkarakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun